Jalur sepeda Yogya: Inisiatif yang belum optimal

Yogya punya jalur sepeda dan jalan alternatif khusus bagi bikers. Optimalkah pemanfaatannya?

Jalan alternatif sepeda. Masih banyak belum dimanfaatkan dan diserobot pengendara motor.

Lebih setahun Pemerintah Kota Yogyakarta menunjukkan kepeduliannya bagi pesepeda dengan menyediakan “jalur sepeda” dan jalan alternatif pesepeda. Hampir di setiap ruas jalan strategis kota Yogyakarta terdapat lajur di sebelah kiri yang khusus dikosongkan untuk para pesepeda, serta petunjuk yang mengarahkan pesepeda menuju jalan alternatif. Tapi, apakah kebijakan itu telah efektif?

“Jalur sepeda di sini belum banyak dimanfaatkan warga. Masih banyak motor yang nyerobot jalur di saat ruas paling kiri itu sedang kosong. Padahal, namanya rambu-rambu, ada atau tidak ada sepeda kan mestinya tetap dikosongkan untuk sepeda,” kata salah seorang warga Yogya Bernada Rurit.

Pendapat senada datang dari Ekhy Raksy, pekerja even organizer di Yogya. “Jalur sepeda di Jogja sudah okay. Ada penunjuk jalan alternatif, untuk menunjukkan rute mana yang tidak terlalu rame, jadi sepeda aman lewat situ,” katanya. Hanya saja, Ekhy masih sering merasa risau kalau lewat di sekitar lampu pengatur lalu-lintas. “Ngeri, harus beradu-cepat dengan kendaraan bermotor,” ungkapnya.

Cukup memprihatinkan memang. Fasilitas yang ada belum dibarengi dengan budaya dan toleransi dari pengguna kendaraan bermotor. Juga disayangkan karena lajur sepeda ini belum mendongkrak jumlah pesepeda secara signifikan. Bahkan, sebuah blog yang khusus dibuat untuk kalangan bikers Yogya menulis, sudah sekitar setengah tahun fasilitas itu ada, tetapi belum tampak lonjakan yang berarti pesepeda yang memanfaatkan jalur tersebut. Beda dengan di Australia dan Inggris, yang dalam setahun pengguna sepeda bisa meningkat empat kali lipat setelah ada jalur sepeda.

Lajur khusus sepeda di lampu merah. Prototipe bagi kota lain.

Di Yogyakarta, sama sekali tidak ada jalur eksklusif buat pengendara sepeda, yang sudah ada adalah jalur bersama, artinya bagian jalan tersebut juga digunakan buat pengguna jalan yang lain. Lebih malang lagi, ternyata bagian jalur tersebut juga digunakan untuk parkir kendaraan, sehingga jalur sama sekali tertutup. Praktis pengendara sepeda juga tidak bisa memanfaatkan jalur sepeda yang ada, dan harus meliuk masuk jalur sebelah kanannya, yang artinya mengandung risiko yang lebih tinggi.

Peresmian jalur sepeda di Yogya seiring dengan pencanangan program “Sega Segawe” (Sepeda Kanggo Sekolah Lan Nyambut Gawe: sepeda untuk sekolah dan bekerja) oleh Walikota Herry Zudianto. Dalam peresmian jalur sepeda dan jalan alternatif sepeda, Walikota Yogya berharap agar semangat handarbeni dan rasa kebersamaan dalam masyarakat terus dipupuk untuk merawat, memelihara, dan ikut bertanggungjawab dalam pengelolaan fasilitas-fasilitas publik selanjutnya. “Pembangunan yang partisipatif akan menjadi pembangunan yang lebih berkesinambungan selamanya,” paparnya.

Bersama kota-kota lain seperti Bandung dan Kutoarjo, inisiatif Yogya membuat jalur sepeda dan jalur alternatif sepeda patut diapresiasi. Tinggal bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas itu secara optimal.

* tulisan ini juga tayang di www.cosmobikers.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.