Invasi Industri Rokok Kian Menonjok

Berbagai kampanye kian kreatif digencarkan, sebagai antitesa anggapan merokok membahayakan kesehatan dan kehidupan.

Buku & film “Mereka yang Melampaui Propanda pro tembakau.
Buku & film “Mereka yang Melampaui Propanda pro tembakau.

Banyak cara dilakukan perusahaan rokok, sebagai kampanye agar produknya kian laris. Juga untuk mematahkan anggapan bahwa kebiasaan merokok merupakan gaya hidup tak sehat bisa menyusutkan usia hidup seseorang.

Baru-baru ini saya membaca buku “Mereka yang Melampaui Waktu”, dengan sub judul “Konsep panjang umur, bahagia, sehat, dan tetap produktif”. Tak banyak yang menyangka, buku terbitan Pustaka Sempu & Layar Nusa, Sleman, ini merupakan sebuah kedok dari kampanye industri rokok.

Bertebal 196 halaman, dilengkapi CD film dokumenter besutan sutradara Darwin Nugraha, buku ini memotret 22 buku penuh inspiratif. Laki-laki dan perempuan, berusia senja, seniman, pedagang, filosof, petani, penggembala sapi, tukang cuci, pawing air, dan profesi-profesi lain. Satu yang menjadi persamaan, mereka hidup bersahabat dengan rokok, namun dicitrakan berusia panjang, serta berguna bagi sesama. Tak beda dengan penggambaran rokok yang kerap diidentikkan dengan sportivitas, kejantanan, dan semangat petualangan, kali ini rokok coba dikaitkan dengan sosok-sosok panjang umur nan menginspirasi.

Tengoklah kisah “Lelaki di Lereng Sumbing”, mempersonalisasikan Atmo Prawiro, 83 tahun, petani tembakau, yang oleh penduduk Temanggung disebut sebagai “emas hijau”. Amo biasa melakukan tirakat dengan mengurangi tidur dan merapal doa di malam hari. Propaganda pro-rokok dikutip dari ucapannya, selain mengagungkan tembakau sebagai sumber penghidupan masyarakat, ia berseru, “Kalau saya bekerja tidak merokok, jadi tidak kuat. Pedoman saya; merokok ya mati, tidak merokok ya mati, maka merokoklah sampai mati. Yang menentukan manusia mati bukan rokok, tapi Allah Yang Maha Kuasa. Saya lebih percaya kepada Allah daripada peringatan pemerintah.” See?

21 cerita lain, setali tiga uang. Dari Syamsudin, petani Sumatera Barat yang juga ahli pengobatan, Jainah, pekerja keras di ibukota, Mak Nyo, pemilik toko peracangan di Jepara, Markatam, penganut kejawen di Lamongan, sampai Tju Njiat Fatm sinse pengobatan tradisional Tionghoa di Singkawang. Semua panjang umur, hidup bahagia di usia tua. Dan semua perokok hebat, tanpa peduli penyakit maupun kematian.

Merokok membunuhmu

183251_nrokokperingatan1reza
Peringatan merokok membunuhmu. Sengaja dibuat lebih garang dan tegas.

Apakah Anda jeli membaca papan reklame rokok di jalan-jalan akhir-akhir ini? Kalau Anda cermat, kini ada peringatan bertuliskan lebih besar: Rokok Membunuhmu. Tak hanya narasi, pesan peringatan ini disertai dengan gambar pendukung di sebelahnya. Tampak seorang perokok menghembuskan asap, bersebelahan dengan tengkorak. Ada pula tulisan 18+, sebagai penegasan bahwa merokok seharusnya hanya boleh dilakukan oleh mereka yang telah berusia 18 tahun keatas.

Bisa dibilang, peringatan tegas dengan gambar seram ini merupakan pemanasan sebelum PP 109 tahun 2012  harus efektif berjalan padaJuni 2014 mendatang. Peraturan pemerintah ini biasa disebut sebagai PP Rokok, atau judul resminya: PP tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Sebelumnya, peringatan bahaya merokok tak pernah setegas itu. Baik di papan iklan maupun bungkus rokok, bunyinya: “Peringatan Pemerintah: Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan ganggungan kehamilan dan janin.” Mungkin saja, peringatan itu dianggap terlalu mbulet, tidak straight to the point, dan penuh basa-basi. Faktanya, pada 2013, konsumsi rokok Indonesia mencapai 302 miliar batang per tahun. “Bisa diibaratkan, setiap mulut orang Indonesia dipenuhi 1.250 batang rokok, termasuk yang baru lahir,” kata Ketua Pokja Penulisan Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia, dr. Sudibyo Markus.

Jumlah konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat. Kebiasaan menghisap rokok telah merenggut 200 ribu kematian tiap tahunnya, dengankorban paling besar berasal dari generasi muda.

Peringatan di baliho maupun bungkus rokok telah dibuat lebih garang. Tapi, soft campaign dari industri rokok juga dikemas lebih manis. Jadi, mana yang lebih mempengaruhi preferensi Anda tentang kebiasaan merokok?

8 Replies to “Invasi Industri Rokok Kian Menonjok”

  1. melihat papan reklame rokok yg dilengkapi dgn tulisan peringatan bahaya merokok ditambah dg gambar tengkorak,sementara di sampingnya ada orang yg sdg menghisap rokok, menimbulkan multitasfsir.Bagi saya,perokok aktif,itu seperti sebuah guyonan.mungkin mirip dgn tulisan bahaya mengebut di jalan untuk melengkapi gambar org yg sedang mengendarai ranmor dan tampak menikmati aktivitas mengebut itu.seingat sy,tdk boleh ada peragaan merokok dlm iklan rokok.Dan klo boleh sy curiga,dlm dinamika tanda yg tumpang tindih seperti itu,yg terjadi malah inversi pesan.Maunya melarang merokok,eh malah memberi contoh ‘nikmatnya’ merokok.Boleh diamati lagi bgmn ekspresi wajah org yg dipasang di papan reklame itu.Sy rasa perlu ada kajian ulang terhadap papan reklame itu.sekedar sharing,bro. Trims

    1. Saya setuju dengan Alee mengenai peringatan gambar pada iklan rokok. Perlu dilakukan kajian ulang.
      Aneh, tambah absurd. Pertama lihat, sy sebagai org yang anti rokok sangat kecewa, selama ini melawan mati2an supaya gak ada gambar orang merokok atau rokoknya, kok ini malah ditampilkan.

  2. Saya kok kurang paham dengan penggalan kalimat di alinea kedua ini :
    Tak banyak yang menyangka, buku terbitan Pustaka Sempu & Layar Nusa, Sleman, ini merupakan sebuah kedok dari kampanye anti rokok.
    Kedok dari kampanye anti rokok atau pro rokok ?
    Maaf saya memang agak lemot

Leave a Reply to Fuad baradja Cancel reply

Your email address will not be published.