Presiden Jokowi menggebrak dengan penegasan ‘Indonesia Sentris’., Puncak perayaan Hari Kemerdekaan tidak di Jakarta.

merdekaKepemimpinan Presiden Joko Widodo menegaskan perubahan pola-pikir bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta. Indonesia bukan hanya Jawa. Karena itu, pembangunan dilakukan secara merata, tak hanya menumbuhkan infrastruktur jalan raya di Ibukota maupun pertambahan jalan tol di Jawa, tapi juga membangun Jalan Trans Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, daerah perbatasan dan wilayah-wilayah pulau terluar.

Bukan hanya soal pembangunan, tapi juga dalam hal perayaan. Secara mengejutkan, dalam suasana peringatan Hari Kemerdekaan ke-70 Indonesia di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2015, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengisyaratkan akan ada yang berbeda pada perayaan Hari Kemerdekaan pada tahun-tahun ke depan. Menurut Pramono, Presiden Jokowi ingin menghadiri perayaan HUT Kemerdekaan di tempat lain agar bisa merayakan bersama dengan masyarakat.

“Ada kemungkinan perayaan itu bisa di berbagai tempat di daerah dan menterinya disebar ke berbagai provinsi. Jadi tidak hanya terfokus di Jakarta, tapi betul-betul provinsi itu merasakan kemerdekaan,” kata Pramono.

Sebenarnya langkah untuk menggemakan perayaan hari-hari besar di daerah sudah dilakukan sebulan sebelumnya. Pada perayaan Idul Fitri Juli 2015, Presiden Jokowi membangun sebuah tradisi baru, ketika untuk pertama kalinya, presiden Indonesia tidak salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal. Presiden Jokowi memilih salat di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh sambil melakukan kunjungan kerja dan bertemu masyarakat.

“Kenapa saya ingin lebaran di Aceh, ingin Salat Id di Aceh, karena kalau saya di Jakarta terus, terus di Jakarta, padahal wilayah Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh sampai Papua, sehingga saya memang ingin mengawali dari Aceh dari Barat,” kata Jokowi di  Desa Swak Ribee, Aceh Barat.

Sebuah pesan penting ingin disampaikan kepada rakyat Indonesia, bahwa sebagai kepala negara, dia ingin semua masyarakat merasakan mendapatkan perhatian yang sama.

Dan tradisi itu pun bergulir dengan manis. Pada 2015, Presiden melakukan Salat Idul Adha di Martapura, Kalimantan Selatan. Sebelumnya, pada akhir 2014, Presiden Jokowi menghadiri Natal bersama di Stadion Mandala Jayapura, dilanjutkan dengan Natal 2015 di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Adapun Salat Id dan perayaan Idul Fitri 2016 berlangsung di Padang, Sumatera Barat.

Lima hari setelah upacara kenegaraan 17 Agustus di Istana Merdeka, puncak peringatan HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI dilangsungkan dalam acara Festival Khatulistiwa 2015 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Pada pawai ini, Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo menaiki kapal KMC Komando melalui Alun-alun Kapuas Pontianak, untuk melepas kapal-kapal peserta karnaval air dalam acara Karnaval Khatulistiwa 2015.

Danau Toba menjadi pembuka

Tradisi puncak perayaan Hari Kemerdekaan di luar Jakarta pun kembali berlangsung pada 2016 ini. Setelah upacara 17 Agustus di Istana Merdeka, selebrasi peringatan ke-17 Indonesia Merdeka digelar di kawasan Danau Toba, seiring dengan kunjungan kerja empat hari Presiden Jokowi di Sumatera Utara.

Panggung Apung yang di kawasan Pantai Bebas, Parapat, menjadi saksi saat puluhan ribu warga menyambut kehadiran Presiden Joko Widodo dengan antusias, Sabtu 20 Agustus 2016. Dengan gaya khasnya, Presiden langsung menghampiri penonton yang memanggil-manggil namanya, dan bersalaman dengan mereka.

Dalam puncak perayaan Hari Kemerdekaan ke-71 itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menghadiahkan sebuah lagu baru ciptaan Yovie Widianto yang berjudul ‘Satu Titik Terindah di Dunia’ dan dibawakan untuk pertama kalinya oleh Marcel Siahaan di Panggung Apung. Artis-artis kelas nasional diboyong ke Danau Toba, antara lain Slank, Edo Kondologit, Sammy Simorangkir, Oppie Andaresta, serta Budjana & Tohpati Etnomission.

Bukan tanpa alasan mengapa Presiden Jokowi memilih Danau Toba sebagai lokasi perayaan Hari Kemerdekaan ke-71 ini. Presiden memiliki semangat, agar pariwisata Indonesia tak hanya terpusat di Bali, tapi segera memiliki ikon-ikon baru di luar Pulau Dewata. Danau Toba termasuk di antara sepuluh ‘Bali Baru’ yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata Indonesia. Pembangunan dan pengoperasian kembali Bandara Silangit menjadi bukti keseriusan mengangkat Danau Toba sebagai ‘branding’ anyar wisata Indonesia bersama Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Borobudur, Mandalika, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Bromo-Tengger-Semeru, Wakatobi, dan Morotai.

Nawacita, sembilan agenda prioritas Jokowi-JK, pada butir ketiga jelas-jelas mengamanatkan tekad pemerintah untuk ‘Membangun Indonesia dari pinggiran, dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.” Jadi, sudah sewajarnya, daerah ikut berbagi ‘kue’ kegembiraan dalam setiap peringatan hari raya, baik keagamaan, maupun hari besar nasional.

Karena Indonesia memang bukan hanya Jakarta dan Jawa saja, tapi dari Aceh sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud. Dan di Danau Toba, keajaiban alam yang membuat dunia terkagum itu, Presiden Jokowi membuktikan tekad ‘Indonesia Sentris’.

Seperti ditayangkan di http://presidenri.go.id/topik-aktual/merdeka-tak-hanya-di-pusat-kekuasaan.html