Menulis yang Menginspirasi

jogYOGYAKARTA – Dalam dunia jurnalistik, dikenal adagium  ‘bad news is good news, good news is no news, and no news is bad news’. Media sering memberitakan hal-hal yang buruk karena masyarakat suka membaca, mendengar atau melihat kabar buruk sebagai santapan yang baik bagi mereka.

“Budaya senang melihat orang lain susah atau susah melihat orang lain senang harus kita hilangkan. Seharusnya berita yang mendominasi media bukan bencana, kecelakaan atau hal-hal buruk lain,” kata Tenaga Ahli Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden Agustinus Rahardjo dalam Pelatihan Jurnalistik ‘Menulis dan Membuat Berita serta Mengelola Media Online’ yang diikuti kader Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Yogyakarta, 10-11 Februari 2017.

jogja2Membawakan materi bertopik ‘Jurnalistik untuk Menginspirasi’, Jojo menegaskan, berita yang hadir untuk disantap masyarakat sebaiknya tak melulu berisi perceraian artis, tragedi dan musibah karena bencana alam atau tudingan kegagalan pemerintah. “Profil tokoh-tokoh yang memberi inspirasi serta program pembangunan yang gencar dilakukan di luar Jawa juga layak mendapat tempat di media kita, baik media arus utama, media sosial, maupun media komunitas,” jelasnya.

Narasumber lain dalam pelatihan jurnalistik ini yakni Sonya Hellen Sinombor, senior sekaligus mantan Ketua Cabang GMKI Manado yang kini menjadi jurnalis senior Harian Kompas serta Yudie Thirzano, senior GMKI Malang yang saat ini menjabat Asisten Manajer Konten Tribunnews, portal jaringan berita online milik grup Kompas Gramedia.

PENJAGA KEBHINEKAAN

Pelatihan jurnalistik ini digelar dalam rangkaian Dies Natalis ke-67 GMKI yang tahun ini dipusatkan di Yogyakarta, sebagaimana Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV op Java) sebagai embrio GMKI terbentuk pada 28 Desember 1932 di Kaliurang. Lima tahun usai kemerdekaan, pada 9 Februari 1950 di kediaman Dr. J. Leimena di Jl. Teuku Umar No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV baru melahirkan kesepakatan meleburkan diri dalam suatu organisasi yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

sbyPada 9 Februari 2017, peringatan Dies Natalis ke-67 di Universitas Duta Wacana dihadiri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menyampaikan orasi budaya bertema ‘Membangun Kembali Kebhinnekaan Indonesia’.

Dalam pidatonya, Sultan mengenang masa-masa saat gempa bumi mengguncang bumi Yogyakarta. “Saat itu, kiai, pendeta, dan pastur bahu-membahu menolong korban. Mereka menjadi relawan, tanpa sibuk bertanya ‘Siapa Tuhanmu?’”

Sultan juga menyinggung kerjasama antara Universitas Gajah Mada, UIN Sunan Kalijaga dan UK Duta Wacana tergabung dalam konsorsium bernama Indonesian Consortium for Religious Studies menyelenggarakan pendidikan program doktor (Ph.D) yang inter religius, inter universitas, inter disipliner, terpadu dan internasional. “Konflik tak harus terjadi sekiranya warga arif dalam menyikapi kehidupan yang bersifat pluralistik. Sebaliknya, sikap fanatic timbul karena rasa mau menang sendiri,” papar Sultan.

Diingatkannya, pasca reformasi 1998, orang mengira Indonesia akan mengalami ‘balkanisasi’ serta terhapus dari peta dunia. “Nyatanya, Indonesia justru menjadi contoh demokrasi dan pluralisme bagi negara-negara lain,” papar Sultan.

Sultan Yogya menegaskan, setiap elemen bangsa harus mengambil peran strategis untuk membangun kebhinnekaan kita dengan menegasikan kepentingan suku, ras, dan golongan. “Organisasi mahasiswa seperti GMKI bak arjuna-arjuna abad XXI yang dituntut pada pilihan penting: akankah membiarkan kebhinnekaan kita semakin runtuh, atau mengambil peran kesejarahan seperti kaum muda menggerakkan revolusi 1945?” tantangnya.

sultan1Di akhir orasi budayanya, Sultan Hamengkubowono X berpesan agar GMKI harus menghilangkan kegamangannya dengan menegaskan Bhinneka Tunggal Ika sebagai terapi ampuh penanganan konflik bernuansa SARA.

Pada kesempatan itu, Ketua Umum GMKI Sahat Martin Philip Sinurat menggarisbawahi bahwa Indonesia yang dicita-citakan adalah visi bersama yang disepakati oleh Kelompok Cipayung (GMNI, HMI, PMII, PMKRI dan GMKI) berpuluh tahun lalu. Indonesia yang dicita-citakan berpedoman kepada Indonesia berdasarkan Pancasila dan sesuai dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu menuju masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. “Indonesia yang dicita-citakan adalah perjuangan bersama yang masih belum selesai dilakukan,” tegasnya.

Sebagaimana ditayangkan di http://ksp.go.id/menulis-yang-menginspirasi12250-2/

Leave a Reply

Your email address will not be published.