Karena Setiap Manusia Butuh Teman Bicara

Menarik membaca tulisan Ndy di Kompas pagi tadi. Karena Jokowi juga manusia, ia memerlukan teman bicara yang mampu ‘mengimbanginya’.

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno (tengah) dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto (kiri). Kawan bicara di Ring 1. Foto Kompas, Wisnu Widiantoro.
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Kawan bicara di Ring 1. (Foto Kompas, Wisnu Widiantoro)

Dalam tulisan bertajuk ‘Mereka yang Jadi Teman Bicara’, dipaparkan nama-nama yang menjadi sasaran utama Presiden Jokowi berkeluh kesah. Ada Anggit Noegroho sekretaris pribadi Presiden, mantan Pemimpin Redaksi Harian Joglo Semar yang sudah menjadi teman ketika Jokowi masih menjadi pengusaha mebel di Solo, Jawa Tengah.

Disebutkan juga Pak Tik alias Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Di mata sebagian jurnalis istana, Pratikno terlihat sebagai menteri yang paling sering bertemu dengan Presiden. Hampir di setiap pertemuan, Pratikno mendampingi Presiden.

Juga ada pria bernama serupa, Joko Widodo, wartawan kantor berita Antara di Solo yang biasa dipanggil Ampo. Seringnya mereka bertemu khusus di Solo, membuat orang melontarkan ungkapan, sedang terjadi pertemuan antara pemilik nama Joko Widodo.

Selain nama-nama itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Staf Komunikasi Presiden Teten Masduki dan Kepala Kantor Staf Presiden Luhut Binsar Pandjaitan juga kerap disebut sebagai mereka yang ada di ‘ring satu’ tempat curahan hati Jokowi.

SBY dan Sudi Silalahi.  Sahabat sejak belum jadi presiden. (Foto: Republika)
SBY dan Sudi Silalahi. Sahabat sejak belum jadi presiden. (Foto: Republika)

Banyak orang di sekeliling, dengan satu wapres dan 34 menteri, tentu tak semuanya memiliki tempat khusus di hati Jokowi. Ada yang amat istimewa. Begitu pula di era sebelumnya. Sebagaimana sering terlihat, Susilo Bambang Yudhoyono amat dekat dengan Sudi Silalahi, baru di level berikutnya ada Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal.

Tapi, sebuah berita media online justru pernah memasang judul ‘Undang Pensiunan Jenderal & Bos Media, SBY Kesepian’, tak lama usai SBY bertemu dengan tujuh purnawirawan jenderal TNI lalu mengundang pimpinan media massa ke Istana.

“Intinya dia kesepian, dan merasa perlu mencari orang untuk menjadi lawan bicara, atau berkomunikasi dengan dia terkait masalah-masalah negara,” tukas analis politik Arya Fernandes saat itu.

Pemimpin itu kesepian sendiri

Adapun jurnalis senior Parni Hadi pernah menulis sebuah mitos kepemimpinan, yang berbunyi “At the top is  lonely.” Artinya, di puncak itu kesepian, sendiri. Meski seorang pemimpin memiliki banyak penasihat, pembantu terdekat dan orang-orang hebat, yang menyertainya pada saat penampilan di publik, tapi ia kerap merasa sepi dan sendiri.

Bung Karno dalam autobiografinya, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, mengakui bahwa enam tahun menjelang akhir kekuasaannya, ia mengalami sulit tidur. Ia lalu menelepon seseorang yang dekat dengannya, misalnya  Subandrio, Wakil Perdana Menteri I. “Bandrio, datanglah kemari, temani aku ngobrol, ceritakan satu lelucon, bicaralah apa saja, asal jangan mengenai politik. Dan, bila aku tertidur, maafkanlah,” katanya dalam buku yang ditulis wartawati Amerika Serikat, Cindy Adams.

Dari level office boy hingga presiden, semua orang butuh teman bicara. Setiap orang butuh didengar dan mendengar dengan tepat. Siapakah teman bicara Anda saat galau, dan Anda merasa nyaman bersamanya?

Leave a Reply

Your email address will not be published.