Belum satu bulan caci-maki tertuju atas ‘prestasi’ Indonesia di Sea Games ke-29 Malaysia yang berakhir akhir Agustus lalu. Torehan yang dianggap sejarah terkelam Indonesia mengikuti Sea Games sejak 1977. Menempati peringkat kelima di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura, tim merah putih hanya membawa pulang 38 medali emas, 63 perak, dan 90 keping perunggu.
Media sosial ribut. Dari seruan agar Menpora mundur, kekesalan atas main culasnya tuan rumah, sampai tuduhan bahwa pemerintah sekarang tak memprioritaskan sektor olahraga dibandingkan bidang-bidang lainnya. Menpora Imam Nahrawi memilih kalem, menggelar pertanggungjawaban dalam konferensi pers, dan berjanji menyelesaikan sumbatan yang harus terurai demi sukses prestasi Asian Games 2018.
Namun, tak cukup waktu banyak. Selepas Sea Games, ada ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017, yang digelar negeri jiran pada 17-23 September. Sesuai norma internasional, baik dari tingkat PON, Sea Games, Asian Games hingga Olimpiade, pihak tuan rumah harus juga menggelar pesta olahraga multiven bagi kaum difabel.
Kali ini, kontingen Indonesia ‘menggila’. Dari 16 cabang yang dipertandingkan, Indonesia menyabet 126 medali emas, 75 perak dan 50 perunggu. Unggul jauh dari runner-up Malaysia yang mengantongi 90 emas, 85 perak, dan 83 perunggu. Capaian juara ini mengulang hasil tiga tahun lalu di Naypyidaw, Myanmar yang saat itu dibayangi Thailand dengan beda hanya tiga emas.
Prestasi cemerlangi di ajang Para Games, yang selama ini pemusatan latihannya berlangsung di Solo, disambut gembira Kementerian Pemuda dan Olahraga. Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi turun langsung menyambut kedatangan kontingen Indonesia yang kembali ke tanah air selepas mengikuti ASEAN Para Games 2017 di Bandara Adi Sumarmo, Minggu sore, 24 Sepotmber 2017.
Suasana semarak penuh haru menyeruak kala satu persatu Menpora mengucapkan selamat, mengalungi bunga dan menyalami anggota kontingen mulai dari atlet, pelatih, hingga ofisial tim Indonesia.
Selesai penyambutan, para atlet dan kontingen diarak dengan menggunakan mobil menuju Hotel Lor In, yang selama ini menjadi tempat penginapan atlet selama menjalani pemusatan latihan.
Selamat datang Pahlawan Olahraga Indonesia, Ibu Pertiwi menyambut kembali kedatangan putra putri terbaiknya, kalian atlet atlet yang tidak biasa. Tapi luar biasa.. hebat,” ucap Menpora saat memberi sambutan dalam acara jamuan makan bersama yang sengaja dibuat untuk menyambut kontingen dan bentuk apresiasi pemerintah atas pencapaian terbaik Indonesia di ajang ini
“Tidak hanya sebagai juara umum, para atlet telah menorehkan rekor yang luar biasa dengan catatan 36 rekor, 28 catatan rekor di cabang renang, 4 rekor atletik dan 4 rekor di cabang angkat berat,” terang Menpora lagi.
Gelar juara umum kian sempurna dengan keberhasilan tim sepak bola celebral palsy Indonesia merebut medali emas dengan mencukur Thailand 3-0 pada babak final di Lapangan C Dewan Sepak Bola Nasional, Kompleks Bukit Jalil, Selangor,
“Berbekal pemusatan latihan jangka panjang di Solo yang telah dimulai sejak tahun 2016 lalu dan motivasi tinggi para atlet menjadi faktor penting kemenangan ini. Mentalitas juara inilah yang harus ditularkan kepada seluruh rakyat, bahwa bangsa kita adalah bangsa pemenang,” tegasnya.
Lebih jauh Imam menyampaikan komitmen dukungannya untuk pelaksanaan pelatihan nasional yang lebih baik bagi para atlet ke depan. Ia juga memastikan terkait pemberian bonus kepada para atlet akan mengutamakan prinsip kesetaraan yang tidak akan membedakan atlet. Artinya, raihan bonus bagi pemilik medali emas Sea Games akan bernominal serupa dengan yang diterima juara ASEAN Para Games. Begitu pula untuk medali-medali lainnya.
“Bonus bukan tujuan, namun menjadi penambah semangat atlet dalam meningkatkan kemampuannya hingga ke level tertinggi,” tukas Menpora. Meski bonus bukan tujuan, namun pemerintah tak menutup mata atas keberhasilan para atlet istimewa ini.
Menpora Imam Nahrawi bahkan tengah memperjuangkan agar status Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi bonus baru bagi atlet berprestasi baik di SEA Games dan Asean Paragames. “Saya berharap persyaratan PNS untuk atlet berprestasi Asean Paragames tidak disamakan dengan yang biasa karena atlet adalah pejuang bangsa, semoga Kementerian PAN RB yang memiliki kebijakan akan mendengar hal ini,” harapnya.
Raihan positif dalam ASEAN Para Games akan menjadi modal penting menghadapi Asian Games tahun depan, mengingat kekuatan kontingen yang akan diturunkan kurang lebih sama dengan skuat yang ada saat ini.
Tak kurang, Harian Kompas langsung memasang berita di halaman muka edisi Minggu 24 September berjudul ‘ASEAN Para Games 2017, Mereka Pulihkan Harkat Bangsa’. Kompas menulis, “Para atlet berkebutuhan khusus yang menjalani Pelatnas di Solo itu tidak pernah mengeluh. Atlet renang, misalnya, berlatih memakai peralatan yang sudah usang. Rencana menggelar uji coba kejuaraan ke Inggris dan Jerman pun batal karena tak adanya dukungan dana.”
Untuk menjaga mental bertanding, para atlet renang melakukan uji coba kejuaraan dengan berlomba melawan atlet-atlet normal pada ajang Jateng Terbuka. Di kejuaraan itu, sejumlah atlet difabel mampu mengalahkan para perenang normal. Juga ada cerita seorang pembalap sepeda Indonesia tampil di lintasan dengan meminjam sepeda yang biasa dipakai latihan tim Malaysia. Sepeda latihan itu bebannya jauh lebih berat daripada sepeda untuk lomba.
Para atlet difabel kita mengajarkan, motivasi dan semangat pantang menyerah mampu mengalahkan keterbatasan dana, serta sarana dan prasarana yang ada. Demi Indonesia, dan untuk kejayaan olahraga Indonesia, mereka bertarung habis-habisan demi predikat juara umum dari 10 negara peserta.
Salut untuk kawan-kawan atlet difabel. Tak ada perbedaan perlakuan bagi atlet Sea Games maupun ASEAN Para Games. Semua sama, sama juga dalam hal nominal bonus dan fasilitas.
“Untuk Indonesia, Demi Indonesia Jaya!”