E-Toll, Mari Beradaptasi

Pelaksanaan eletronifikasi jalan tol menimbulkan pro-kontra. Sewajarnya sebuah kebijakan baru ditelurkan, pasti ada yang pro dan pasti ada hatersnya. Demikian pula kebijakan pembayaran jalan tol melalui e-money yang mulai diterapkan pemerintah. Ada beberapa hal yang membuat orang menjadikannya ‘sansak’ untuk terus dipukuli.

Ada yang menunjuk kebijakan ini akan membuat lay-off massal alias pengurangan secara besar sumber daya manusia digantikan oleh teknologi. Faktanya, Jasa Marga, sudah menyiapkan kebijakan untuk menampung karyawan yang semula menjadi penjaga gerbang-gerbang pembayaran tol. Bukan pemecatan, tapi alih profesi.

Sebagaimana ditulis CNN Indonesia.com, PT Jasa Marga (Persero) Tbk berencana mengalih-profesikan sekitar 1.300 karyawannya dari sebelumnya, yaitu penjaga gardu tol, menjadi pegawai kantoran di kantor pusat dan cabang, termasuk anak usaha. Upaya ini ditempuh dalam rangka pemberlakuan gerbang tol otomatis (e-toll) dan kebijakan yang memaksa pengguna tol untuk bertransaksi non-tunai.

Kushartanto Koeswiranto, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum Jasa Marga mengungkapkan, perseroan tak ingin mengambil langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sebuah komitmen yang harus dihormati, “Jasa Marga tidak ada PHK. Karyawan yang bekerja saat ini disalurkan ke induk dan anak perusahaan,” tegasnya.

Ada lagi yang menonjok kebijakan ini melanggar undang-undang tentang penggunaan uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah, sebagaimana seorang pengacara spesialis perlindungan konsumen menggugatnya. Faktanya, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menegaskan, kewajiban penerapan transaksi nontunai dijalan tolĀ tidak melanggar Undang-Undang (UU) mata uang.

“Terkait Undang-Undang Mata Uang yang paling utama dilakukan pembayaran dalam rupiah dan dimungkinkan secara tunai dan nontunai,” kata Agus.

Problem lain yang dikeluhkan oleh mereka yang berpandangan miring atas kebijakan ini yakni bakal lebih macetnya jalan tol. Juga seputar persoalan biaya top-up atau isi ulang kartu tol.

Faktanya, sebelum elektronifikasi jalan tol berlangsung, pembayaran per mobil dengan uang bisa mencapai 4 detik, sehingga menimbulkan antrean panjang di belakangnya. Dengan menggunakan e-toll, waktu pembayaran bisa 2 detik per mobil, alias terpangkas separuhnya.

Sebenarnya solusinya persis kata Presiden Jokowi. Kita tak bisa menghindari kemajuan teknologi. Mari bersahat dengannya, atau tenggelam selamanya…

Sebagaimana ditayangkan diĀ http://tz.ucweb.com/10_2aW3n

Leave a Reply

Your email address will not be published.