Televisi adalah media sekilas untuk menyampaikan news. Perlu sisi-sisi ‘penguat’ agar pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
Daniel Glen, Farrell Yendi, Glen William, Rahmi Utami dan Reynaldo Cassenda menyajikan dua liputan untuk Ujian Tengah Semester kelas Produksi Televisi Universitas Multimedia Nusantara 2017/2018.
Sebagai bagian liputan hard news, mereka mengambil topik pengoperasian Skytrain Bandara Soekarno Hatta, sementara di tema feature dipilihlah profil Perpustakaan Nasional di Medan Merdeka Selatan Jakarta.
Salah satu yang menonjol dalam sisi lemah paket-paket berita televisi dalam segmen tim ini yakni kurangnya ‘CG’. CG atau Character Generator atau biasa disingkat Chargen penting untuk memperjelas tema, nama narasumber, reporter, serta penekanan-penekanan sesuai narasi yang disampaikan.
Ingat, televisi adalah media ‘sekilas’. Saat ini nyaris tak ada orang yang menonton televisi secara ‘serius’. Kebanyakan pemirsa jurnalisme televisi menyaksikan layar kaca sambil bekerja, sembari mengantre, di ruang tunggu rumah sakit, bank atau bahkan dalam perjalanan di mobil. Karena tak melihat secara detail serta audio tak terdengar maksimal, pentinglah peran CG yang konsisten.
Di balik layar program berita
Rahmi Utami, koordinator editor, memaparkan, kelompok ini sangat unik. “Saya belajar banyak dari kelompok ini, bagaimana kita bisa membangun kerjasama antara satu dengan yang lainnya,” ungkapnya. Kendala yang dihadapi tentunya kerjasama, tetapi itu semua bisa teratasi dengan adanya komunikasi yang baik dan saling mengerti antara satu dengan yang lainnya dan hasilnya adalah sekarang kita bisa menyelesaikan tugas ini.
Glen William, reporter peliput Skytrain di Bandara Soekarno-Hatta menceritakan, dengan adanya tugas ini, ia lebih mengerti bagaimana proses di belakang layar program berita. “Saya jadi mengerti betapa sulitnya untuk berbicara di depan kamera, serta butuh kesabaran dalam pengambilan video yang mungkin butuh pengulangan berkali-kali,” kenangnya.
Reynaldo Cassenda, cameraperson, menyatakan hal yang sama. “Tugas ini membuat saya lebih memahami dalam pembuatan program berita, dan membuat saya lebih terlatih dalam pengambilan gambar di lapangan,” jelasnya.
Adapun sang anchor, Daniel Glen merasa bersyukur bisa mengatasi tantangan perizinan dan birokrasi di bandara. “Karena tugas ini, saya bisa merasakan naik skytrain. Meskipun ternyata skytrain sama aja seperti naik krl, tapi versi ‘elite’nya,” urainya.