Dalam menjalankan pekerjaan, terutama terkait dengan teknologi fotografi, janganlah terpaku pada mahal, murah, atau canggih tidaknya gadget milik kita, tapi fokuslah kepada keberanian mengambil angle dan kreativitas.
Tips ini disampaikan Rio Wibowo alias Riomotret, fotografer langganan selebritas Indonesia saat menjadi bintang tamu Live Instagram Kartu Prakerja, Kamis, 12 Agustus 2021. Perbincangan satu jam bertajuk #TangguhBertumbuh bersama Kartu Prakerja dan Riomotret’ ini dipandu presenter televisi Iqbal Himawan.
“Bukan soal gadget atau alatnya, tapi lebih kepada kreativitas diri kita untuk menciptakan sebuah gambar sekeren mungkin. Berani nggak mengambil angle-angle kreatif dan ‘out of the box’,” urai pria yang menggeluti dunia fotografi sejak 2004 dan baru tiga tahun kemudian bisa mendapatkan klien dari kalangan artis.
Jangan juga menyerah seandainya pun kita masih belum punya kamera profesional dan hanya memakai ponsel. Apalagi, smartphone keluaran sekarang sudah bagus untuk dibuat menghasilkan karya. Banyak juga foto makanan keren dibikin dari ponsel.
“Kerap kali hasil bidikan dari kamera pro yang kurang berimajinasi malah dianggap seolah diambil dari ponsel. Begitu pula sebaliknya,” contohnya.
Ia berkisah, awalnya mulai motret dengan kamera keluarga yang kerap digunakan untuk ‘family trip’. Kemudian ia membeli kamera sendiri, saat itu masih model lama, dengan roll film, lanjut ke Digital Single Lens Reflex (DLSR) Camera.
“Semua sudah saya alami, dari kamera manual sampai digital,” kata Rio yang punya pengalaman menerima order pemotretan Krisdayanti, Titi DJ, Rossa, pasangan artis Andhika Pratama-Ussy Sulistiawaty dan masih banyak lagi.
Dari mengumpulkan uang hasil kerja untuk membeli peralatan, Rio berprinsip tak harus memaksakan diri membeli kamera mahal keluaran terkini.
“Cari kamera sesuai budget dan kantong kita. Maksimalkan alat apapun yang kita punya, sampai kita bisa menghasilkan uang dari alat itu,” jelasnya.
Rio mengingatkan, kita tak boleh menyerah menghadapi tantangan situasi penuh perubahan di pandemi. Ia menekankan, kita harus ambil kesempatan untuk bisa tetap bertumbuh pada situasi seperti saat ini.
“Bagaimana caranya? Kita harus banyak menyerap ilmu dari luar sana, mencari informasi yang bisa menambah wawasan kita. Salah satu syarat untuk tumbuh yakni harus banyak-banyak belajar,” kata Rio.
Rio memaparkan, dengan adanya pandemi dan menjalani berdiam di rumah, kita jadi punya banyak waktu dan bisa membaginya untuk hal-hal bermanfaat.
“Kalau dulu masuk kerja nine to five, dari jam 9 pagi sampai 5 sore, dan kebanyakan waktu habis di rumah, kini kita bisa mempelajari hal-hal baru saat banyak berada di rumah,” paparnya.
Rio pun mengisahkan cerita pribadinya. Di masa pandemi ini sempat beralih ke bidang kuliner, dengan belajar masak dan menjajakan ‘sate manis’, termasuk lewat media sosial.
“Kalau kita mau bijak, pandemi ini juga banyak sisi positifnya, lho. Kita bisa punya banyak waktu untuk belajar keterampilan lain yang sebelumnya tak pernah terpikir untuk kita pelajari,” katanya.
Rio menggarisbawahi, dalam hal ini seseorang jangan hanya bertumpu pada satu bidang keahlian.
“Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak belajar. Saat ini semua platform sudah disediakan. Tinggal bagaimana kita bisa jadi manusia tangguh yang tidak banyak mengeluh dan tidak mudah menyerah,” katanya.
Menemukan branding diri
Rio juga bercerita bagaimana ia menemukan branding buat namanya, dengan menemukan nama @riomotret yang sederhana namun menjual.
“Lebih karena nama itu belum ada yang punya, sih. Sebelumnya nyari nama ‘rio kamera’, atau ‘rio photography’ sudah ada pemiliknya,” kenangnya.
Untuk berkarya, Rio berpesan, penting menjaga kondisi tubuh kita. “Menjaga kesehatan itu penting agar bisa tetap kreatif. Badan kita harus fit dulu,” jelas Rio.
Tips lain yakni jangan merasa puas diri dengan ide yang dimiliki. “Saya biasa ‘belanja’ ide dari media sosial. Instagram, Pinterest, dan juga platform-platform online lain. Jangan stuck di satu ide,” tukasnya.
Bagaimana mendapat kepercayaan klien sampai bisa dikenal memiliki brand luas?
Rio menekankan beberapa hal.
Pertama, kita harus punya portofolio berkualitas, sehingga publik bisa mengapresiasi secara luas.
Kedua, di masa-masa awal, jangan mematok harga terlalu tinggi di awal. Kalau memasang harga tinggi di awal, maka ekspektasi orang akan terlalu tinggi juga pada kita.
“Lakukan yang terbaik saja, nanti referensi kawan-kawan akan datang mempromosikan kita dari mulut ke mulut. Bangun brand image diri sebaik mungkin, agar orang percaya dengan karya kita,” katanya.
Hal yang tak kalah penting lain yakni melakukan komunikasi dengan klien. “Ngobrol dengan klien itu sangat penting. Kita jadi tahu apa diingini dan tidak oleh mereka. Misalnya, ada orang yang tak mau kelihatan gemuk. Ada yang fotonya tak mau diedit sama sekali,” pungkas pengajar pelatihan ‘Beauty Portrait Photography’ di Kelas.com ini.