Lama tak naik kereta jarak jauh, perjalanan ke Bandung membawa keasyikan tersendiri.
‘Revolusi Jonan’ memang membawa sejarah tersendiri bagi dunia transportasi Indonesia, khususnya perkeretaapian. Baik untuk kereta lokal atau jarak pendek macam kereta komuter (KRL), maupun kereta jarak jauh di Pulau Jawa, terobosan dilakukan dengan signifikan.
Ignasius Jonan menjabat sebagai Dirut PT KAI (Persero) sesuai dengan penugasan pemerintah melalui Kementerian BUMN era Menteri Sofyan Djalil. Jonan diangkat oada 25 Februari 2008 dan terpilih kembali sebagai Dirut PT KAI (Persero) pada tahun 2013 oleh Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan. Pada 26 Oktober 2014, Jonan naik level menjadi Menteri Perhubungan di era Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Kala itu, Jonan menetapkan, untuk KRL, tak boleh lagi ada penumpang di atas gerbong. Semua harus masuk di dalam. Demikian pula untuk kereta jarak jauh. Dilarang keras ada pembayaran tanpa tiket di dalam. Sebuah rutinitas yang biasa saya lakukan saat 2007 lalu dalam lima bulan pulang pergi Jakarta-Jogja. Naik KA Senja Utama, duduk beralas koran dan bayar di atas kereta. Tanpa tiket tentu saja.
Kini, untuk berada di peron atau kawasan pemberangkatan kereta pun, pengantar tak diperkenankan masuk. Kereta dan ekosistemnya jauh lebih rapi, dan bersih. Pungutan liar dibersihkan. Pun kesejahteraan karyawan ditingkatkan drastis.
Dalam perjalanan menggunakan KA Argo Parahyangan Bandung Desember ini, rasa nyaman terlihat dari ketepatan waktu, kebersihan, colokan buat charger di setiap tempat duduk, maupun keramahan petugasnya. Ditambah lagi, sebelum kereta berangkat, para petugas stasiun sampai porter berbaris di stasiun keberangkatan. Melepas penumpang dan awak kereta dengan tangan dada sebagai ucapan selamat jalan.
Sebagaimana dikutip Detikcom, alah satu petugas Stasiun Gambir, Fahrul Rozi, mengatakan salam penghormatan itu sudah menjadi Standard Operating Procedure (SOP) yang harus dilakukan semua petugas yang ada di peron saat kereta akan berangkat. Gestur itu dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada penumpang kereta api.
“SOP kalau kereta berangkat kita harus menghormati. Mengucapkan selamat jalan, kan semboyannya ‘Anda prioritas kami’. Setiap kereta berangkat, setiap petugas yang ada di samping peron harus ikut,” jelas Rozi.
Dalam kondisi antisipasi pandemi, pelayanan Rapid Antigen pun disediakan dengan harga jauh lebih murah daripada klinik pada umumnya. Hanya Rp 45 ribu.
Mari naik kereta, mari cintai transportasi yang aman, dan naik kelas bagai negara berkelas..