Skouw, Lima Tahun Kemudian

Kembali ke perbatasan Papua Nugini setelah lima tahun berselang.

Tuhan, Engkau baik.

Lima tahun lalu, September 2017, saya bergirang saat Kantor Staf Presiden memberi kesempatan perjalanan dinas ke Papua. Mempersiapkan sisi humanis dalam laporan 3 Tahun Jokowi-Jusuf Kalla, terutama pada sisi penerapan kebijakan ‘BBM Satu Harga’.

Senang sekali saya. Karena itulah kali pertama menginjak Bumi Cenderawasih. Selanjutnya, ada beberapa kali kesempatan diizinkanNya kembali ke Papua. Desember 2018 menjadi pembicara di sebuah gereja di Supiori. Mei 2019 sebagai pengurus Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Kementerian Pemuda dan Olahraga mengecek kelayakan Stadion Mandala Jayapura. Desember 2019 keliling Tanah Papua lewat udara, untuk misi mengangkat efekfinya bantuan subsidi cargo udara.

Selain Papua, pernah juga mendapat anugerah ke Manokwari, Papua Barat, bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika mendukung terlaksananya pelatihan jurnalistik Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia, April 2018.

Kali ini, Oktober 2022, kembali ke Jayapura. Mengawal acara Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja dalam Sosialisasi Perpres 113/2022 bersama aparat penegak hukum dan dinas tenaga kerja se-Provinsi Papua.

Thanks God, kegiatan pada Kamis, 20 Oktober 2022 -tepat tiga tahun peringatan kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf Amin- berlangsung sukses. Hadir perwakilan Kejaksaan Tinggi dan Polda Papua. Ekspose media pun lumayan oke.

Ternyata, dari rencana semula balik 21 Oktober, kami digeser pulang pada Sabtu, 22 Oktober 2022. Lumayanlah, bisa jalan-jalan sekitar Jayapura setelah tugas utama kelar.

Tak sempat ikut tim ke Pantai Base-G Jayapura pada Rabu, ternyata jalan-jalan pada Jumat kemarin menuju destinasi Skouw, perbatasan Indoensia-Papua Nugini sisi Jayapura. Kami pun melewati kawasan tempat rumah Gubernur Papua Lukas Enembe di Koya Tengah, searah setelah melewati Jembatan Youtefa atau Jembatan Merah Holtekamp, kebangaan Papua hadiah dari Jokowi.

Sampai di Skouw, saya teringat muhibah ke sana, lima tahun silam. Berkenalan dengan seorang intel TNI AD, yang membawa persahabatan hingga saat ini. Makan sate kalkun yang dijual di spot Papua Nugini (PNG). Kali ini, kami hanya berfoto sebentar di gerbang Pos Lintas Batas Negara dan megah itu. Sempat pula ngobrol dengan petugas keamanan perbatasan asal Jawa Timur.

“Ini uang PNG. Senilai 15 ribu rupiah. Kami jualnya Rp 20 ribu,” kata tentara itu. Saya ambil selembar kertas, sembari juga membeli kaos produksi mereka, warna hitam bertulis ‘Pamtas Papua-PNG Yonif 711 Raksatama’ senilai Rp 170 ribu.

Papua indah. Semoga selalu Papeda, Papua Penuh Damai. Diberkatilah pulau yang punya titik sepanjang 770 kilometer perbatasan dengan PNG. Pilar perbatasan resminya ada 52. Dari spot Skouw-Vanimo di Distrik Muara Tami, Jayapura nun di utara, sampai Distrik Sota di sisi Merauke.

Tuhan Memberkatimu, Papua nan damai dan kaya. Semoga Tuhan izinkan berjumpa lagi kelak..

One Reply to “Skouw, Lima Tahun Kemudian”

Leave a Reply

Your email address will not be published.