Pekan lalu sowan ke rumah Dahlan Iskan di Ketintang, Surabaya. Hari ini, diskusi ringan itu tayang di Catatan Harian Disway.
Dahlan Iskan, usianya lebih dari 71 tahun, masih rajin menulis setiap hari. Memang, seorang wartawan tak terbatas pada umur, dan media. Lepas dari Jawa Pos yang dibesarkannya, kini ‘Abah’ -demikian panggilan ayah sepasang anak itu- menulis tiap hari di Disway, media baru miliknya.
Setelah lima tahun silam sempat menulis sangat renyah terkait Denni Puspa Purbasari, saat itu Bu Denni masih menjabat Deputi Ekonomi Kepala Staf Kepresidenan, kali ini kami kembali beranjangsana. Bercerita tentang Program Kartu Prakerja.
Puji syukur, Bu Denni ditemani Direktur Operasi PMO Kartu Prakerja Hengki Sihombing. Pak Dahlan bersama orang kepercayaannya, Pemimpin Redaksi Harian Disway, Tomy Gutomo.
Ngobrol di rumah nan asri di Sakura Regency itu berlangsung asyik. Berteman pisang goreng, dilanjutkan makan siang dengan ikan khas Kalimantan, daerah asal Bu Nafsiah Sabri, isteri Abah Dahlan.
Adapun Dahlan berasal dari Magetan, Jawa Timur, tapi menghabiskan masa remajanya di Kalimantan Timur. Hingga jadi aktivis mahasiswa dan wartawan mula-mula di sebuah koran di Samarinda.
Usai wawancara itu, kami dapat ‘bonus’ khusus. Diundang hadir di Malam Final Pemilihan Koko Cici, bertempat di Graha Unesa, Surabaya. Acara yang rutin digelar Harian Disway, dan pesonanya tak kalah dengan kontes ‘Cak dan Ning’, ‘Abang None’ hingga ‘Puteri Indonesia’.
Hari ini, hari pertama Desember 2022, hasil silaturahmi itu tayang di Catatan Harian Dahlan Iskan, judulnya ‘Kerja Prakerja’, bisa dibaca di sini. Gayanya khas. Seenaknya, mengalir. Setiap alinea tak terlalu panjang. Ia juga menelurkan style baru, kata pengganti perempuan disebut sebagai ‘nyi’, untuk membedakan dengan kata ganti laki-laki yang biasa kita sebut ‘nya’.
Semangat, gaya bertutur, dan pesan yang tak complicated dalam penulisan, jadi inspirasi bagi kita semua: yang setidaknya mengaku sebagai ‘penulis muda’.
Matur nuwun, sehat selalu, Pak Dahlan!