Saya memelihara anjing. Tapi, kadang saya begitu pengen makan anjing.
Entah kenapa. Saya merasa B1 alias Biang alias Erwe alias Scoobydoo alias Segawon lebih enak dibandingkan B2 alias Babi. Ada beberapa rekomendasi saya. Salah satunya di sebuah lapo kawasan Pasar Senen, Jakarta.
Namanya sih sudah tenar. Tapi baiklah tak usah disebut namanya. Karena, kadang kalau malas datang, saya memesannya lewat layanan makan ojek online. Nah, di situ, kita tak bisa pesan menu B1 pada susunan daftar makanannya.
“Jual anjing di Jakarta dilarang sejak zaman Ahok. Abang pesan saja B2. Nanti di catatannya tulis, kalau menunya diganti B1. Harganya sama,” begitu arahannya.
Tapi, kalau datang sendiri, kita bisa pesan sendiri. Kadang ada rica-rica dan panggang sekaligus. Terkadang hanya satu pilihan cara masaknya. Tadi siang, hanya ada jenis rica. Seporsi Rp 50 ribu. Sudah termasuk nasi, sop dengan seonggok daging babi, dan lauk sayur singkong. Jauh lebih murah daripada makan menu serupa di warung Manado kawasan Gondangdia.
Cobalah baca di sini. Katanya, ada beberapa manfaat makan daging anjing. Meningkatkan Stamina Yang Loyo. Menghindarkan Dari Rasa Lemas Dan Lesu. Meningkatkan Tekanan Darah. Tubuh Menjadi Hangat. Meningkatkan Libido. Melancarkan Peredaran Darah. Sumber Energi. Meningkatkan Sel Darah Merah. Terhindar Dari Berbagai Macam Infeksi. Menguatkan Sistem Kekebalan Tubuh. Mengembangkan Jaringan Tubuh. Memperbaiki Nutrisi.
Pikiran saya melayang dalam sebuah perjalanan memenuhi undangan Kemlu Amerika Serikat pada Program IVLP 2012. Berkumpul berempat bersama kawan dari Taiwan, Hong Kong, dan Filipina, mereka kaget saat saya berkata bahwa sebagian orang Indonesia senang makan anjing.
“Are you crazy, Jo? Anjing adalah hewan sahabat terbaik manusia. Mengapa kalian makan,” tanya Alan Chen, kawan baik dari Taipei. Setengah berteriak.
Dasar malas berdebat, saya cuma menjawab. “Jangan kaget. Teman baik saya di sebuah desa di Jawa Timur juga makan kucing. Melihat kucing lagi santai di siang bolong, dia kepret lalu digoreng dan dinikmati dagingnya,” kata saya sok dramatis.
Mereka pun makin kencang berteriak.