Lama tak bersua, karena pandemi membatasi aktivitas, kami alumni IVLP berbuka bersama.
Lokasinya di Kafe Tjikini M Bloc, Jakarta Selatan. Banyak sekali yang hadir. Ada Mbak Fryda Luciana, ASN Sekretariat Wapres yang penyanyi tenar bahkan sejak saya masih sekolah. Ada Arief Budiman, eks Ketua KPU yang kini jadi komisaris anak perusahaan PLN. Ada May Salas, aktivis buruh migran yang akan lanjut sekolah kembali ke negeri Abang Sam.
Ada Dean Benitez, eks kawan di CNN Indonesia yang menikmati portofolionya sebagai musisi. Juga Iman Nugroho, jurnalis CNN Indonesia TV hingga saat ini. Lalu Malik Feri Kusuma, pengacara “lulusan” pengurus Kontras. Mas Kris dari Lampung. Damar Juniarto aktivis kebebasan informasi yang memimpin Safenet alias Southeast Asia Freedom of Expression Network. Jurnalis lain Abie Besman penulis buku Pierre Tendean. Boas Hanafi guru dari Tabalong. Pera Sagala aktivis dari Medan.
Jurnalis lain Maria Lely Benyamin pemred Bisnis Indonesia yang merasa panggilan IVLP “menyelamatkannya” dari peluang pekerjaan lain. Agoez Perdana, pakar pers dari Sumatera Utara. Titi Anggraeni aktivis kepemiluan. Firdaus Mubarik, wirausahawan pejuang kaum minoritas. Karyana Hutama mentor para pebisnis mula. Nina Susilo Kompas, M. Fakhrudin eks Republika yang kini di BeritaSatu, dan lain-lain. Tak lupa ada Oky Setiarso, aktivis kemanusiaan yang menjadi organizer kami.
Sejenak kami mengenang perjalanan masing-masing ke Amrik. Saya sih memilih beda. “Tak usah banyak nostalgia. Sudah terlalu lama. Soal Amerika, saya merekomendasikan dua film Netflix: House of Cards dan Blacklistnya Raymond Reddington,” ungkap saya saat berkesempatan berdiri sejenak.
Semoga kami bisa terus berkarib. Tanpa persoalkan perbedaan. Bersama ke depan, menjadikan pengalaman ke negara adidaya, meski ke sanapun tidak bareng-bareng sih, sebagai modal hidup berharga.