Carlo Show

Sebagian pelatih sukses berasal dari latar belakang pemain hebat. Meski ada banyak juga perkecualian.

Di era duduk di sekolah dasar, ampun itu sekitar tiga dekade lalu lebih, saya termasuk penggemar AC Milan. Cinta pertama adalah Serie A. Begitu kata iklan di Bein Sports. Serie A disiarkan live di RCTI. Baru kemudian SCTV memainkan Liga Inggris dilanjut TV7.

AC Milan, langganan juara Serie A dan jagoan Piala Champions punya banyak ikon. Selain trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Marco van Basten. Dilatih Arrigo Sachi dan dikapteni Franco Baresi, ada nama Paolo Maldini, kiper Giovanni Galli, Alessandro Costacurta, Alberico Evani, Daniel Massaro, Marco Simone dan Central Midfielder nomor punggung 7 Carlo Ancelotti. Inilah tulang punggung Milan juara Piala Champions 1989 dan 1990. Masing-masing mengalahkan Steau Bukarest dan Benfica di final.

Don Carlo kini jadi pelatih hebat. Langganan juara Liga Champions juga, nama baru untuk pagelaran antarklub papan atas Eropa. Dua gelar UCL bersama Real Madrid (2014 mengalahkan Atletico di final dan 2022 mengandaskan Liverpool), dan dua piala bersama AC Milan. Termasuk melakoni ‘Tragedi Istanbul’ kala ditumbangkan Liverpool lewat adu penalti setelah sempat unggul 3-0. Namun, dua tahun kemudian Carlo balas menaklukkan Liverpool di final Athena.

Pertengahan pekan ini, ada show kecil di tengah kemenangan Real Madrid 2-0 atas Chelsea pada laga pertama delapan besar di Stadion Santiago Bernabeu. Usia Carlo sudah 63 tahun, tapi dengan piawai ia pamer skill dengan cara menjuggling bola dengan sangat piawai. Publik Bernabeu terpana. ”Carlo Ancelotti menunjukkan keterampilan lebih dari gabungan semua pemain Chelsea,” canda seorang penggemar di Twitter.

Seperti foto-foto dari Goal online ini, dengan tangan kiri yang masuk saku celana, manajer Real Madrid tersebut terlihat santai melakukan empat kip-up. Begitu istilah Indosports.

Keren ya. Orang akan tahu kita hebat kalau menunjukkan skill. Bahkan dalam diam. Pakai jas. Pakai sepatu yang bukan sepatu sports lagi.

Di Indonesia, banyak pelatih berlatar pemain hebat. Tak banyak yang pernah “malu-malu” menunjukkan keahlian lawasnya. Konon, kawan baik saya berkisah, Om Ruddy William Keltjes pernah menunjukkan itu pas 2000-an melatih Persebaya. Di sesi pemanasan jelang “Green Force” main di Stadion Gelora 10 November Surabaya, ia menunjukkan teknik kontrol kelas tinggi. Pria jangkung itu menghentikan bola yang melayang tinggi di udara dengan kaki kanannya, dan menendang indah. Persis saat masih jadi goalgetter Niac Mitra 1980-an.

Salut untuk mereka yang berkelas, karena sudah punya jam praktik tinggi dan bereputasi di portofolionya…. 

Leave a Reply

Your email address will not be published.