Iklan kempanye Hillary Clinton pada Pilpres 2016 menunjukkan kesan bahwa sosoknya merupakan ‘antidote’ Trump.
Hillary Diane Rodham Clinton punya gelar S1 Hukum dan S2 tentang ‘Kesehatan Anak’ dari Yale University. Berpengalaman jadi ibu negara sepuluh tahun mendampingi Bill Clinton dengan segala dinamika persoalan skandal saat itu. Ibu satu puteri, Chelsea, ini pun pernah jadi senator dari negara bagian New York dan juga Menteri Luar Negeri Amerika Serikat era Presiden Barack Obama.
Lihatlah file-file videonya saat kampanye Pilpres 2016 itu. Hillary menampilkan sosoknya sebagai ‘antidote’ Trump. Tokoh yang diserangnya karena dianggap tak memberi contoh dan role model yang baik bagi perempuan, dan keluarga secara umum. Di sisi lain, ada juga Barack Obama muncul sebagai endorser bagi Hillary. Padahal, di internal Demokrat, mereka pernah bertarung untuk berebut nominasi partai menuju Pilpres.
Hillary juga menampilkan ‘CV’-nya saat sebagai anak muda sudah jadi aktivis, senator junior, dan perjuangannya pada kesetaraan gender dan hak-hak equal bagi seluruh warga Amerika Serikat. Baik kulit hitam, monirotas agama, disabal, dan … ehm.. ada video pasangan sesama laki-laki berciuman. Juga bagaimana ia menarik simpati veteran, korban cacat, dan keluarga meninggal saat perang. Semua dilakukan dalam iklan pendek 30 detik untuk tayang di televisi.
Sayang, semua citra baik itu berakhir dengan kekalahan. Impian Amerika Serikat punya presiden perempuan pertama pun sirna. That’s politic!