Bertambah lagi stadion yang saya injak dalam menonton sepak bola secara langsung. Tak jauh-jauh, Indomilk Arena atau Stadion Sport Centre ada di Kabupaten Tangerang.
Sebenarnya, sekian tahun lalu pernah menginjak stadion ini. Saat itu, saya masih mengajar Ilmu Komunikasi di Universitas Multimedia Nusantara. Begitu tahu Tangerang punya stadion baru, selain Stadion Benteng yang rumputnya hancur itu, saya meminta driver ojek mengarahkan saya mampir ke sana. Tak jauh dari kampus UMN, foto sejenak di dalam stadion anyar di kawasan Legok, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Tentu experiencenya beda dengan nonton langsung di stadion. Apalagi laga Liga 1. Sabtu, 30 September 2023, Persebaya Surabaya main tandang alias awaydays melawan tuan rumah Dewa United. Dewa dulunya merupakan klub Martapura FC Kalimantan Selatan yang berubah nama.
Menuju stadion yang kini bernama ‘Indomilk Arena’ -tak banyak stadion tanah air dilabeli branding produk seperti di luar negeri- saya menggunakan beberapa moda transportasi. Gojek ke Stasiun Jurangmangu, lanjut KRL ke Stasiun Cisauk, lanjut perjalanan lagi dengan gojek menuju lokasi.
Total penonton di laga kemarin 435 orang. Resminya, Liga 1 musim 2023/2024 tidak boleh dihadiri suporter tim tamu. Tapi, rasanya kemarin lebih banyak pendukung Persebaya dibanding tuan rumah. Memang di tribun utara ada belasan ‘Anak Dewa’ -julukan pendukung Dewa United- bermain drum menyemangati Sonny Stevens dkk. Tapi, ya sedikit sekali jumlahnya untuk stadion berkapasitas 30 ribu tempat duduk.
Pertandingan diwarnai kejadian ketika Ady Setiawan kolaps usai duel udara dengan Catur Pamungkas. Ia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans masuk lapangan karena kepalanya tersikut Catur, yang langsung mendapat kartu merah. Rumah Sakit Mentari tempat Ady mendapat pertolongan pertama berada tepat di depan stadion. Syukurlah, ia tak mengalami kejadian lebih fatal. Usai pertandingan, Catur dan kapten Persebaya Reva Adi Utama serta manajemen mengunjungi langsung Ady.
Dari laga ini saya juga melihat totalitas suporter Persebaya. Pertandingan belum selesai, skor 1-1. Mungkin masih 10 menit tersisa. Seorang pendukung Persebaya menyalami beberapa rekan di tribun VIP, termasuk saya. “Pamit sik, yo, ngejar pesawat jam 19,” kata ‘Bonek’ ini bersiap menuju Bandara Soekarno Hatta. Padahal, ia pun baru datang di stadion dari penerbangan jam 11 pagi. Untuk sebuah pertandingan yang bisa disaksikan sambil tiduran di rumah di depan layar kaca Indosiar.
Itulah hebatnya suporter fanatik Persebaya. Ada yang ngebelain naik truk ‘estafet’ dari kota ke kota demi bisa sampai di lokasi pertandingan Persebaya. Ada juga yang rela pergi pulang Surabaya-Tangerang dalam sehari dengan pesawat terbang.
Mendapat satu poin dalam kondisi pemain defisit satu orang, barisan pencinta Persebaya setia bernyanyi. Termasuk lagu ‘Suara Bonek’ ciptaan Oka Gundul.
“Tak kan pernah ragu
Tak ada kata mundur
Sebab mundur adalah sebuah pengkhianatan
Di belakang pagar tribun
Kami terus bersuara
Untuk bangkitkan semangat pemain dilapangan
Ini suara kami
Selama
Kami masih tegak berdiri
Kau tak kan pernah
Bertanding dan berjuang sendirian
Berikanlah
Kami sebuah kemenangan
Demi kehormatan
Surabaya ku tercinta
Persebaya
Adalah simbol sebuah kebanggaan
Kami tak akan
Pernah bisa berpaling darimu
Selama
Darah kami masih tetap hijau
Kami akan selalu
Selalu mendukungmu…”
Salam Satu Nyali, Wani!