Persebaya melakoni laga terakhir di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) sebelum mengungsi karena GBT dipakai ajang Piala Dunia U17. Sayang, mesti mempersilakan tamu membawa pulang tiga poin.
Berkesempatan pulang kampung dua hari ke Surabaya. Bertepatan dengan laga home Persebaya menjamu Persib Bandung dalam lanjutan Liga 1 2023/2024
. Ini laga terakhir Green Force di GBT sebelum Piala Dunia U17. Penonton membludak, karena tergolong big match, meski kapasitas stadion dibatasi hanya maksimal 30 ribu pasang mata. Tren tim juga sedang tidak buruk di bawah pelatih baru Joseph Gombau.
Bagi saya pribadi, ini kali kedua merasakan langsung GBT Experience. Tiga tahun lalu jadi yang pertama. Awal 2020, mendampingi Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan membuka Liga 1 antara Persebaya versus Persik Kediri. Liga 1 yang hanya berjalan singkat karena serangan pandemi Covid-19. Kala itu, Hansamu Yama dkk ditahan imbang Persik 1-1.
Sabtu, 7 Oktober 2023 kemarin, Persebaya unggul 2-1 saat jeda permainan. Bruno Moreira menyumbang dua gol, termasuk satu dari titik penalti. Namun Persib bikin gol lebih banyalk. Ciro Alves membuka skor di awal laga, sementara sang striker mantan David da Silva bikin dua gol di paruh kedua.
Sedih, memang. Tapi, bonek -sebutan khas pendukung Persebaya tetap sportif. Mereka tetap semangat menyanyikan ‘Song of Pride’ di akhir laga, dengan para pemain melingkar di lapangan tengah. Sedikit tertunduk tentunya. Saya meminjam syal penonton bertulis, “Tamu Dilarang Menang”. Hasil akhirnya memang kontras, tamu membawa pulang poin sempurna.
Di sekitar stadion nampak bus-bus berparkir. Dari identitas di bus itu tampak, para suporter pendukung Persebaya tak hanya dari Surabaya. Tapi juga ‘Arek Porong’, Bonek Bojonegoro, Tulunagung, Krian, Gresik, dan lain-lain.
Spanduk besar itu memberikan maknanya: Persebaya, Kalah Ku Dukung, Menang Ku Sanjung.
Persebaya Selamanya. Salam Satu Nyali: Wani!