San Francisco – Program Kartu Prakerja terus mendapat apresiasi di forum-forum internasional. Kali ini, Direktur Eksekutif Prakerja Denni Purbasari bersama Direktur Operasi Hengki Sihombing dan Direktur Teknologi Samsu Sempena hadir di APEC Multistakeholder Forum (AMF) 2023, San Francisco, California, Amerika Serikat, 10-12 November 2023.
“Kami mendapat undangan dari World Affairs and the Commonwealth Club untuk mempresentasikan bagaimana lahir dan berjalannya Prakerja, terutama peran penting Prakerja dalam menyiapkan skill angkatan kerja Indonesia dalam transisi menuju ‘green economy’,” kata Denni.
Denni menjelaskan, Prakerja diundang oleh World Affairs and the Commonwealth Club karena mereka ingin mendengar bagaimana kontribusi besar program ini dalam peningkatan skills angkatan kerja.
Tahun ini, AMF menekankan pentingnya membekali tenaga kerja dengan alat dan keterampilan yang diperlukan untuk mengakses pekerjaan yang layak dan pekerjaan berkualitas di negara-negara dengan karbon rendah, serta kebutuhan akan dukungan diversifikasi ekonomi di tingkat lokal untuk mendukung keberlanjutan dan agenda global ‘Net Zero’.
“Dalam dua hari kegiatan ini, kami bersama-sama semua elemen masyarakat membantu menyelamatkan bumi menjadi tempat lebih baik bagi seluruh umat manusia. Dimulai dari penegakan hukum lingkungan yang melibatkan berbagai kalangan, termasuk anak muda, dan kaum peneliti. Jadi, apa yang kami lakukan itu berbasis ilmu pengetahuan, bisa dilaksanakan secara politik, serta dapat diimplementasikan di lapangan,” papar Denni.
Denni menguraikan, peserta forum belajar untuk tak hanya bicara, tapi juga melakukan aksi nyata, terutama dengan melibatkan kaum rentan dan minoritas untukk menjadikan ekonomi semakin hijau di tengah kompleksitas persoalan dunia. “Di sinilah perlu ilmu pengetahuan untuk bisa mengidentifikasi persoalan, sehingga tak salah melangkah,” jelasnya.
Denni Purbasari mendapat kesempatan untuk berbicara dalam diskusi panel bertajuk ‘Preparing The Labor Force for a Robust Green Economy’. Dalam kesempatan ini, ia menguraikan efektivitas Prakerja yang dijalankan end to end secara digital, terutama karena Indonesia merupakan negara terdiri dari 17 ribu pulau sehingga membutuhkan pendekatan berbeda dalam menjalankan program beasiswa pelatihan secara massif.
“Mayoritas angkatan kerja tidak mengikuti pelatihan tambahan setelah pendidikan formal. Alasannya, karena tak ada uang, dan juga tak ada waktu. Bagi pekerja formal, hari libur untuk keluarga. Sedang bagi pekerja informal, jam kerjanya jauh lebih panjang lagi,” kata Denni.
Diterangkan juga bahwa Prakerja menyedikan pelatihan yang relevan dengan permintaan pasar kerja. “Di sinilah pelatihan secara daring menjadi lebih mudah dan ekonomis,” tegasnya.
Mengikuti perkembangan kekinian, saat ini Prakerja menyediakan 12 pelatihan berbasis ‘green economy’, antara lain pelatihan konversi sepeda motor konvensional menjadi kendaraan listrik, membuat pestisida yang ecofriendly, sustainable reporting, carbon economy, dan lain-lain. “Kami optimistis jumlah pelatihan bertopik ‘green economy’ ini akan bertambah lagi,” ungkapnya.
Denni juga memaparkan efektivitas bentuk Project Management Office (PMO) yang dijalankan Prakerja. “Kami hanya terdiri dari 166 orang untuk melakukan pekerjaan besar ini. Tidak mudah untuk membawa talenta-talenta dari sektor privat menuju sektor publik. Diperlukan mimpi besar dan misi yang kuat untuk menarik anak-anak muda itu,” katanya.
Umumnya, Denni melanjutkan, anak-anak muda menganggap organisasi pemerintah sangat lambat, ‘old style’, serta melakukan terlalu banyak rapat tanpa hasil konkret. Pada situasi seperti inilah perlu ‘breakthrough organization’ seperti PMO. “Prakerja bekerja dengan mengutamakan data dan ‘evidence’ untuk pengembangan program. Di Prakerja, data adalah mesin untuk perubahan kebijakan,” tegas Denni.
Kittikun Saksung, peserta diskusi yang juga Koordinator Global Youth Biodiversity Network for Asia and Thailand mengaku mendapat banyak inspirasi dari sharing session tentang Prakerja. “Dari Prakerja saya belajar tentang bagaimana bekerja dalam kemitraan sektor swasta dan pemerintah. Juga bagaimana mengembangkan skilling, upskilling, dan reskilling bersama-sama,” kata Saksung.
Apresiasi juga datang dari Deputy Country Representative The Asia Foundation Vietnam Filip Graovac. “Sangat senang mendengar program ini, bagaimana Prakerja berkembang meskipun ini program pemerintah tapi bekerja dengan konteks khusus dengan mengedepankan pendekatan lokalitas, termasuk bekerja sama dengan berbagai sektor. Saya sangat menikmati dan respek pada penjelasan tentang program ini. Semoga Prakerja bisa direplikasi di banyak negara termasuk Vietnam,” harap Graovac.