Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Ignasius Jonan bicara bukan dengan teori, tapi dengan praktik. Membuatnya orang merasa akan kehadirannya, dan lebih terasa lagi saat kehilangannya.
Pemimpin redaksi IDN Times, Uni Lubis, berkata, revolusi mental yang sukses ada di kereta api. Itu yang dikatakannya saat IDN mengundang mantan Dirut PT KA, Menteri Perhubungan 2014-2016 dan Menteri ESDM 2016-2019 Ignasius Yonan.
Kembali naik kereta jarak jauh. Semakin nyaman, baik perjalanan maupun stasiunnya.
Kalau Anda berkesempatan jadi pemimpin, sebuah pertanyaan mendasar akan terbersit: warisan apa yang akan Anda tinggalkan kalau sudah tidak lagi berada di tempat itu?
Lama tak naik kereta jarak jauh, perjalanan ke Bandung membawa keasyikan tersendiri.
‘Revolusi Jonan’ memang membawa sejarah tersendiri bagi dunia transportasi Indonesia, khususnya perkeretaapian. Baik untuk kereta lokal atau jarak pendek macam kereta komuter (KRL), maupun kereta jarak jauh di Pulau Jawa, terobosan dilakukan dengan signifikan.
Kini, Kereta Api di Indonesia sudah menjadi moda transportasi yang aman dan nyaman.
Naik kereta api sekarang berbeda dengan dulu. Jangan bayangkan, ada penumpang yang tiduran di atas koran, atau pelaju dengan “ongkos nembak” pada koordinator serta Polisi Khusus KA. Dulu, para “free rider” yang Pulang Jum’at Kembali Ahad, biasa memberikan Rp 50 ribu untuk perjalanan tujuan Yogyakarta yang seharusnya bayar lebih dari dua kali lipatnya. Saya mengalaminya selama 5 bulan, saat hidup terpisah di bulan-bulan awal kelahiran Einzel.
Kini, kereta Indonesia menjadi jauh lebih menyenangkan. Hanya penumpang berkarcis yang boleh masuk ruang tunggu, tak ada lagi karcis peron bagi pengantar. Pedagang di stasiun dibersihkan. Toilet digratiskan. Imbasnya, harga tiket kereta api melangit. Nyaris beda tipis dengan tiket pesawat.