Saya kerap tak paham, mengapa orang Indonesia suka tren berjualan berderet-deret. Jual makanan, khususnya.
Di kawasan Jalan Dokter Soetomo, Surabaya, ada berjajar penjual rujak buah. Begitupula pada fenomena di daerah-daerah lain.
Di Jakarta, ‘pusat’ Sate Taichan ada di kawasan Arteri Pondok Indah atau belakang Senayan. Dari yang namanya Pak Gendut, Bang Doel, Bang Oshin, Aulia, Novita, Sambal Galak Bu Ratna, dan lain-lain. Lebih dari 15 penjual.
Apa mungkin mereka berjualan di tempat ramai, bukan karena siangan, tapi lebih karena keterkenalan lokasi itu? Prinsip, “Rezeki sudah ada yang atur,” bisa jadi melekat pada para penjual itu.
Dua sahabat saya asal Surabaya begitu menikmati sate taichan itu.
“Baru pertama kali saya menikmati kuliner ini,” kata Yohanes ‘Joe’ Prasetyo.

“Saya kira ini sama saja dengan sate-sate lain. Cuma sate lain dibakar, ini direbus,” kata kawan saya lainnya, Fierdy Chandra. Sok tahu, seperti biasa.
Sate taichan ini ternyata bukan asli Jepang, China, maupun Korea Selatan, lho. Sate ini merupakan kreasi dari sate madura.
Sate taichan tidak berwarna coklat melainkan warnanya putih pucat. Hal ini karena sate ini tidak menggunakan bumbu kecap, dagingnya hanya diberi jeruk nipis dan garam saja. Selain itu, penyajiannya juga tidak dilengkapi dengan bumbu kacang, hanya sambal saja.
Cara membuat sate taichan juga tidak jauh berbeda dengan sate pada umumnya yaitu dibakar di atas arang. Karena tidak menggunakan kecap dan bumbu lainnya maka satenya terlihat pucat. Inilah yang menjadi ciri khas dari sate taichan.

Banyak anak muda yang menyukai sate ini karena cita rasanya yang khas. Selain itu, sambalnya yang pedas juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri.
Daging sate taichan juga lebih juicy karena tidak ada bumbunya. Kamu bisa merasakan lembut dan sensasi daging juicy yang lumer dimulut ketika menikmatinya. Untuk kamu para pecinta daging pasti langsung suka dengan menu sate taichan.
Taichan sendiri tidak mempunyai kepanjangan, ini adalah nama yang diberikan oleh orang yang membuat kreasi sate ini.
Asal usul nama sate taichan sebenarnya sangat unik. Melansir dari berbagai sumber, ada 2 versi sejarah munculnya sate ini.
Versi yang pertama adalah sate ini merupakan sate kreasi yang diajarkan oleh orang Korea Selatan kepada salah satu pemilik warung sate madura yang ada di Senayan. Karena sudah menjadi langganan orang Korea ini mengajarkan cara membuat sate taichan tanpa bumbu.
Pada mulanya sate taichan menggunakan sambal yang sama yaitu irisan cabe, bawang dan tomat. Namun pemilik warung ini mengkreasikannya menjadi sambal seperti yang sekarang ini.

Versi kedua asal mula sate taichan berbeda lagi. Cerita versi kedua ini lebih banyak dipercaya daripada yang pertama karena lebih related dengan keberadaan sate taichan pertama kali.
Cerita kemunculan sate taichan yang kedua ini bermula ketika ada pasangan muda mudi Indonesia-Jepang yang datang ke warung sate madura Pak Amir yang ada di Senayan. Warung ini ada di dekat gerbang masuk GBK dan menjadi salah satu warung sate teramai di sini. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2014.

Lelaki Jepang yang tidak suka dengan bumbu kacang pada sate madura minta untuk dibakarkan sate tanpa menggunakan bumbu. Dia mau satenya diberi jeruk nipis dan garam saja kemudian dibakar. Selain itu, dia juga tidak ingin menggunakan bumbu kacang dan meminta menggantinya dengan sambal cabe saja.
Ketika pemilik warung sate bertanya kepada lelaki Jepang tersebut apa nama sate ini. Dia menjawab “taichan”. Sejak saat itulah sate ini dinamakan dengan sate taichan.
Pak Amir, pemilik warung sate madura ini mulai menjual menu baru yaitu sate taichan. Sejak saat itu, banyak juga anak muda yang memesan menu ini. Karena banyak peminatnya banyak juga orang yang terinspirasi menjual sate taichan ini.
