Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
PKS mencoba keluar dari “drama” yang mereka alami. Pemilih muda jadi sasaran utama.
Berkemeja putih lengan panjang yang ujungnya dilipat, dengan blue jeans sebagai bawahan, pria itu berorasi nan penuh semangat. Itulah Anis Matta, Presiden PKS, mencoba membangkitkan semangat puluhan ribu kadernya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 16 Maret lalu.
ITULAH GAMBARAN LAGA KE TIGA PULUH LIVERPOOL DI LIGA INGGRIS MUSIM INI//
LAWANNYA BOLEH BERADA DI ZONA DEGRADASI/ TAPI THE BLUE BIRDS MENYAJIKAN KEJUTAN DI CARDIFF CITY STADIUM// TAPI DI SINILAH/ MENTAL JUARA SI MERAH BERBICARA…
Sang banteng terluka mencoba muncul dengan tagline baru.
PDI Perjuangan bangkit lagi. Tak tanggung-tanggung, 10 tahun capek jadi oposisi, kini banteng moncong putih mencoba merenggut kejayaan seperti yang pernah diraih 15 tahun silam. Target menjadi juara dicanangkan, dengan mengusung semboyan “Indonesia Hebat”, yang pencanangan resminya berbarengan dengan peringatan Sumpah Pemuda tahun lalu.
Kehadiran Rhoma Irama memberi angin segar bagi Partai Kebangkitan Bangsa.
Mari ngobrolin TVC-nya PKB bersama Rhoma Irama. Setidaknya ada tiga versi iklan partai bernomor dua itu yang menjadikan raja dangdut sebagai bintangnya. Gambarnya tajam, cuma dari segi kreativitas agak kurang. Di-take berulangkali untuk versi yang berlainan, tapi latarnya nyaris sama.
Salah satu versi iklan itu berjudul, “Indonesia” sesuai judul salah satu lagunya. Diawali dengan gumaman Rhoma, “Alih-alih kemakmuran yang merata, yang ada… yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin… jreng, jreng, jreng…”
Salah satu seri iklan Anies Baswedan dan Pandji “Boko W Empuk” Pragiwaksono ini asyik dibahas.
https://www.youtube.com/watch?v=5bJ3meI0zWI
Kini makin banyak TVC -alias materi iklan yang dikemas untuk televisi- dibuat tim sukses partai, caleg atau bakal kandidat presiden. Namanya memang TVC atau tv commercial, tapi beberapa di antaranya menyasar media sosial, khususnya youtube, di mana jutaan video bisa diunggah secara bebas, dan ditonton secara bebas pula.
“Bahagia adalah pada saat sakit perut di tengah kemacetan lalu lintas kota Jakarta berhasil menyelamatkan diri ke sebuah hotel dengan WC yang bersih dan berpelengkapan alat semprot air yang berfungsi.”
Bahagia itu sederhana. Setidaknya itulah yang dikutip sang “Semar”, Jaya Suprana, 65 tahun, sosok budayawan, musisi, komposer, kartunis, presenter televisi dan kelirumolog yang Mei 2010 lalu meluncurkan buku “Pedoman Menuju Tidak Bahagia”. Bukunya memang lama, tapi saya mendapatkannya baru-baru ini, langsung dari Aylawati Sarwono, pendamping Jaya yang namanya tertera di halaman persembahan buku ini.
Buku yang kemudian disebut sebagai ‘PMTB’ ini berisi koleksi tulisan tentang bahagia dan tidak bahagia, baik dalam kalimat-kalimat pendek, maupun cerita perenungan. Di masa kampanye ini –kita ingat sebuah partai gemar mengagungkan masa lalu- ada baiknya menyimak salah satu kisah dalam buku PMTB.
SETELAH BERKALI KALI PULANG DARI KANDANG MANCHESTER UNITED TANPA POIN/ MINGGU LALU/ LIVERPOOL BERPESTA DI KANDANG MUSUH BEBUYUTANNYA/ MANCHESTER UNITED//
STEVEN GERRARD MENCETAK DUA GOL DARI TIGA KESEMPATAN PENALTI YANG DIDAPATNYA// SELEBRASI CIUM KAMERA PUN/ KEMBALI DILAKUKAN/ SEPERTI SAAT LIVERPOOL MENANG EMPAT SATU DI LAPANGAN YANG SAMA/ LIMA TAHUN SILAM//