Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Sejak beberapa tahun lalu saya rutin mengkonsumsi bawang tunggal sebagai teman. Bukan mitos, sih.
Terpengaruh seorang sahabat, saya membiasakan makan bawang tunggal saat makan. Awalnya sehari sekali. Tapi, kadang bisa lebih. Belinya di Pasar Ciledug. Seikat seharga Rp 35 ribu. Sementara di Hero Gondangdia, harganya hampir Rp 50 ribu.
Pelaksanaan eletronifikasi jalan tol menimbulkan pro-kontra. Sewajarnya sebuah kebijakan baru ditelurkan, pasti ada yang pro dan pasti ada hatersnya. Demikian pula kebijakan pembayaran jalan tol melalui e-money yang mulai diterapkan pemerintah. Ada beberapa hal yang membuat orang menjadikannya ‘sansak’ untuk terus dipukuli.
Untuk menjadi pembicara publik yang andal dibutuhkan suara mantap dan keras. Tapi, itu bukan harga mati.
Tentu pidato Bung Tomo yang sangat terkenal menjelang ‘peperangan’ 10 November 1945 ini sudah pernah Anda dengar. Di Tugu Pahlawan, Surabaya, bahkan ada rekaman suaranya yang dapat diputar berulang-ulang.
Ini sebenarnya modus lama di tahun 1980-an, tapi masih saja terjadi di hari gini.
Angkot, jadi tempat sasaran aneka kejahatan. Dari modus burung, muntah sampai refleksi.
Kejadiannya pagi menjelang siang tadi. Dalam perjalanan mengajar ke Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Gading Serpong. Berhubung motor dipakai isteri gawe, dan menuruti himbauan Jokowi untuk tak sering-sering gunakan mobil pribadi, pilihan jatuh pada angkot. Transportasi publik gitu lho…
Di angkot ijo, jurusan Kalideres-Serpong, tepatnya dari arah fly over Cikokol, dimulailah drama itu. Empat orang menjalankan perannya, Mereka naik terpisah. Satu di antaranya jadi pemeran utama. Membopong burung dalam tas kresek hitam, yang dianggap memiliki nilai jual tinggi. Tiga lainnya tersebar, duduk berdempatan, berhadapan, dan di samping pengemudi. Saling bersahutan, mengunggulkan sang burung.