“Kami Buruh Bukan Budak”
Ini contoh karya jurnalistik televisi yang komplet. Ada live, paket, wawancara dan juga grafis. Mari belajar dari kekurangan, bukan hanya kelebihannya.
Sembilan orang dalam kelompok ini -Bunga Dwi, Apriana Nurul, Randeska, Stella Hardy, Bertold Ananda, Elisa Kartika, Diva Maudy, Brigita Eveline, Andina Kamia- mencoba menyajikan karya akhir mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara dengan semaksimal mungkin. Diawali dengan bump in menawan, menonjolkan audio dari natural sound serta footage-footage berisi tuntutan buruh di antaranya poster bertuliskan ‘Stop PHK Massal’ dan ‘Kami Buruh Bukan Budak’.
Indonesia Lebih Dekat yang Terlalu Singkat
Kemasan berita liputan Hari Buruh dikemas dalam dua live report. Sayang, terlalu singkat.
Lima orang bekerjasama dalam kelompok ini – Nabila Muniva, Bidara Deo Pink, Kevin Handoko, Marcella Ingrid, dan Arnold Agustinus- mengerjakan take home test berupa project liputan May Day mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara.
Continue reading “Indonesia Lebih Dekat yang Terlalu Singkat”
Lima Srikandi Terjun ke Medan Aksi
Suasana bak berita televisi profesional disajikan lima mahasiswi ini, baik di ruang siaran maupun gambar-gambar peliputan. Masih ada kekurangannya, tentu saja.
Mereka berlima perempuan semua. Masih semester empat dan enam Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara. Namun, karya akhir mata kuliah Jurnalistik Televisi yang digarap Arfyana Citra, Bonita Widi , Margaretha Sembiring, Shanaz Marthy Utami dan Vividha Jati lumayan keren. Bak pekerja media beneran. Tentu saja, tak ada gading yang tak retak.
Percaya Diri, Bekal Reporter Live
Kerja keras mereka ‘belanja gambar’ liputan Hari Buruh patut diapresiasi. Tinggal memoles masalah ‘kesepakatan’ dalam urutan penyajian berita.
Project Ujian Akhir Semester mata kuliah Jurnalistik TV Universitas Multimedia Nusantara berupa satu segmen berita termasuk liputan live dari aksi May Day 2016 ini dikerjakan oleh Ramadhan Sultan, Erwin Halimuci, Nicholas Laurencius, Karisma Indrajayanti, Jhonathan Areasta, Devina Aureel dan Rio Ebenhezer.
Jangan Remehkan Peralatan saat Proses Produksi
Dalam proses jurnalisme televisi, tiga bagiannya tak terpisahkan dan tak kalah penting. Pra-produksi alias perencanaan, produksi saat peliputan, dan pasca-produksi saat editing dan pengemasan berita.
Mengerjakan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Jurnalistik Televisi berupa siaran dan liputan Hari Buruh, mereka hanya berempat: Vivi Melyan (anchor), Daniel Cahyadi (reporter), Kelvin Layzuardy (reporter) dan Andreas Fan (reporter). Tatanan yang kelompok ini sebenarnya sudah kuat dan ciamik, sampai kemudian tersadar, ada masalah cukup mengganggu yang kemungkinan besar disebabkan kekurangcermatan pada proses eksekusi liputan maupun editing.
Continue reading “Jangan Remehkan Peralatan saat Proses Produksi”
Penting, Memilih Visual Selaras dengan Materi Liputan
Kelompok ini menyajikan live demo May Day dari tiga titik: kawasan Monas, Bundaran Hotel Indonesia dan Gelora Bung Karno. Ada beberapa masukan, misalnya ada visual yang ‘tidak penting muncul’, sementara gambar yang seharusnya ada justru tak nampak.
Mereka bersepuluh bahu-membahu mengerjakan ‘project’ Ujian Akhir Semester mata kuliah Jurnalistik TV Universitas Multimedia Nusantara berupa satu segmen berita termasuk liputan live dari aksi May Day 2016. Ristania Tiara, Kevin, Abidzar Ghifary, Hafiz Raka Wibisono, Daffa Syahnabil, Shela, Buko Vinaring, Rahma Amelia, Bagus Fauzi, dan Rizka Apriyani bertekad mengulang sukses liputan Gerhana Matahari Total saat UTS, yang kala itu dikerjakan dalam dua tim berbeda.
Continue reading “Penting, Memilih Visual Selaras dengan Materi Liputan”
Belajar Lebih Jeli Menemukan Hal Unik
Dalam sebuah liputan, kadang ada unsur menarik yang tak direncanakan dan justru bisa diangkat menjadi ‘jualan’ utama.
Pada liputan aksi May Day 2016 sebagai Ujian Akhir Semester Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara di Sudirman-Thamrin-Monas, tim bertujuh -Annisa Putri, Esther Suhana, Felita Herlina, Mila Sari, Ajeng Sekar, Debora Darmawan, Nadia Hersanti- menampilkan menu yang tak jauh berbeda dengan kelompok lain. Bahkan untuk catatan awal, sebelum live tak ada pengantar VO atau PKG dan grafis terkait Hari Buruh. Ujug-ujug –artinya langsung saja, tiba-tiba, sekonyong-konyong- Esther dan Ajeng ‘memanggil’ dua reporternya di lapangan. Kan ketentuan awalnya mesti ada paket pengantar sebelum masuk toss live.
Liputan Terfokus pada Angle Buruh Migran Perempuan
Angle yang mereka pilih mengerucut, bagaimana perjuangan buruh migran –khususnya perempuan- masih jauh dari pemenuhan harapan.
Sebagai sebuah karya jurnalistik kelas mahasiswa, garapan Riani Angel, Mia Chiara, Irwin Syahputra, Elma Adisya, Padrepio Bailey Van Gaguk sudah bagus. Pilihan angle liputan amat terfokus pada isu tertentu: perjuangan buruh migran perempuan.
Continue reading “Liputan Terfokus pada Angle Buruh Migran Perempuan”
Terlalu Banyak Pilihan, Terlalu Banyak Jualan…
Dalam sebuah topik liputan general, kita bisa menemukan banyak angle. Penting untuk memilih dan memilah yang terbaik untuk disajikan secara ‘istimewa’ kepada pemirsa.
Pada liputan Aksi Hari Buruh kali ini, Dea Satriani, Chintya, Lucia Vania, Muhamad Farid Hardika dan Rina Ayu Larasati mendapati fenomena seperti itu. Masuk ‘rimba belantara’ salah satu ajang unjuk rasa tahunan terbesar, mereka tampak kikuk untuk memprioritaskan mana yang sebaiknya diangkat sebagai jualan utamanya.
Continue reading “Terlalu Banyak Pilihan, Terlalu Banyak Jualan…”