Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Media cetak benar-benar masuk masa akhir hidupnya.
Bertambah banyak koran yang menghentikan versi cetaknya. Dalihnya, berpindah ke online, pdf, atau versi digital. Alasannya, agar pembaca dari seluruh dunia bisa mengakses pada waktu yang sama tanpa perbedaan masa, akibat jeda distribusi lewat berbagai alat transportasi.
Ini contoh kreativitas beradvertensi dari ‘produk musuh masyarakat’.
Sudah lama pengen nulis ini. Setiap kali turun eskalator usai menggunakan Kereta Rel Listrik di Stasiun Transit Tanah Abang, pandangan saya tertuju pada iklan penyedap masakan satu ini.
Bulan lalu, untuk keperluan kerja, saya ‘pulang’ ke Surabaya. Hanya dua hari dan semalam. Itupun pada hari kedua sudah harus ke Bandara Juanda subuh banget.
Masih terkait gema acara Temu Raya #KitaPrakerja. Sudut pandang lain muncul merespon kehadiran Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Selama dua pekan lebih kemarin, Kang Emil -sapaan akrab Ridwan Kamil- menghiasi pemberitaan media. Ini karena musibah anaknya tenggelam di Sungai Aare. Awalnya ia ke Bern, ibu kota Swiss untuk mencari sekolah S-2.
Minggu, 11 Februari 2018 adalah sebuah tragedi saat terjadi penyerangan di Gereja St. Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta. Teringat jelas, siang itu saya sedang memainkan laptop di lantai atas rumah, sembari bermain bersama sepasang buah hati yang kadang pengen gantian menggunakan komputer jinjing ini untuk permainan online.
Rabu, 3 Januari 2018, mendapatkan lemparan harian Kompas lagi setelah cuti berlangganan selama libur tahun baru.
Ada yang baru di tahun baru. Desain atau perwajahan harian Kompas benar-benar berubah. Tak hanya berubah sehari, seperti edisi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017 lalu. Saat itu, desain Kompas edisi peringatan ke-89 Sumpah Pemuda memang dibuat amat ‘millenials’. Melibatkan para penata desain dari kalangan anak muda yang bebas mengacak-acak halaman Kompas nan sakral. Tapi, sehari saja. Continue reading “Selamat Datang, Wajah Baru Koran Kompas”
Dahlan Iskan terakhir dikenang publik sebagai mantan menteri dan Direktur Utama PLN. Jauh sebelum itu, ia lebih dikenal sebagai ‘media mogul’, bos media di Indonesia.
Judul Jawa Pos 6 Juni 2015: ‘Dahlan: Saya Ambil Alih Tanggung Jawab Ini. Sembilan Gardu Indek Masih Dicek, Sudah Jadi Tersangka’.
Sebagai raja media, Dahlan Iskan memiliki lebih dari 150 surat kabar harian grup Jawa Pos dan radar-radarnya, serta puluhan tabloid, serta jaringan televisi JTV dan pusat pemberitaan online bernama Jawa Pos News Network (JPNN).
Ekspose pemberitaan Dahlan Iskan di media. Mahasiswa mempelajari realitas, antara ‘yang seharusnya’ dan ‘yang sebenarnya’.
Karena itu, amat menarik menanti bagaimana media massa di Indonesia memasang headline (berita utama) pada edisi Sabtu, 6 Juni, satu hari setelah Dahlan Iskan ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi pembangunan 21 Gardu Induk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara 2011-2013 yang mengindikasikan kerugian negara Rp 33m 2 miliar. Titik tekanannya adalah: bagaimana media bersikap, baik media milik grup Jawa Pos maupun media massa lain, kompetitornya kelompok Jawa Pos, di Indonesia.
Deddy Mizwar: Sinetron Para Pencari Tuhan lebih impresif daripada ceramah di masjid.
Sinetron stripping garapan Deddy Mizwar yang hanya muncul pas ramadhan, “Para Pencari Tuhan”, ternyata pernah menuai masalah. Tahun lalu, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah melayangkan surat teguran kepada stasiun televisi Surya Citra Televisi Indonesia yang menayangkan sinetron Para Pencari Tuhan. “Ada tayangan pelecehan terhadap Tuhan, tidak mendidik, dan sangat membahayakan perilaku anak-anak dalam sinetron tersebut,” kata Kepala Divisi Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Tengah Zainal Abidin Petir dalam konferensi pers, sebagaimana dikutip Tempo Interaktif.
KPID Jawa Tengah menilai, SCTV telah melakukan pelanggaran pada sinetron ”Para Pencari Tuhan” dimana sang pemeran Ketua Rukun Warga, Idrus, selalu mengumpat dengan kata-kata ”Wesus” (bahasa Jawa, berarti kambing). Zainal menyatakan, ada adegan Idrus mengumpat setelah doa yang dipanjatkan kepada Allah tidak dikabulkan. ”Masak Tuhan diumpat dengan kata-kata-kata wedus,” kata Zainal. Tayangan itu ditemukan pada Kamis, 27 Agustus 2009, sekitar pukul 18.00.