Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Percaya Diri, Bekal Reporter Live

Kerja keras mereka ‘belanja gambar’ liputan Hari Buruh patut diapresiasi. Tinggal memoles masalah ‘kesepakatan’ dalam urutan penyajian berita.

Project Ujian Akhir Semester mata kuliah Jurnalistik TV Universitas Multimedia Nusantara berupa satu segmen berita termasuk liputan live dari aksi May Day 2016 ini dikerjakan oleh Ramadhan Sultan, Erwin Halimuci, Nicholas Laurencius, Karisma Indrajayanti, Jhonathan Areasta, Devina Aureel dan Rio Ebenhezer.

Berdurasi 5 menit 40 detik, liputan tim ini amat kaya. Betapa tidak, mereka membuka segmen dengan pernyataan Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, yang sayangnya tak dikenali oleh kelompok ini. Said Iqbal merupakan tokoh ‘prominance’ dan magnet setiap ada event yang melibutkan aksi massa pekerja Indonesia. Footage lain juga memperlihatkan Anis Hidayah, pejuang buruh migran, yang lagi-lagi tak mereka pahami sebagai ‘orang terkenal’.

Kritikan utama ada pada komposisi penyajian berita (rundown) dari Tv Two ini yakni mengapa Rio sebagai anchor baru muncul setelah paket termasuk SOT Wawan sebagai aktivis buruh. Seharusnya, host program muncul di awal setelah bumper in dan headline program, membawakan pengantar live atau lead-in paket baru menuju ke live reporter.

Grafis yang mereka sajikan menarik dan tak terlalu padat karena tak memaksakan hanya satu slide. Alangkah lebih baik bila semua huruf dalam grafis itu ditulis dalam huruf kapital saja. Masukan-masukan ‘kecil tapi penting’ lainnya yakni: nama narasumber sebaiknya minimal dua kata. Selain itu, jangan menyebut ’50 ribu sampai 100 ribu massa’, karena pengertian massa sendiri sudah ‘plural’. Baiknya, disebut 50 ribu atau 100 ribu orang atau cukup dengan ‘massa buruh’. Secara teknis, pada menit pertama –saat berita pelarangan aksi buruh di kawasan Bundaran HI- ada audio yang terdengar ‘numpuk’.

Devina tampil percaya diri membawakan live dari atas jembatan penyeberangan Plaza Indonesia. Masukan yakni saat ia menyebut nama ‘Ahok’ tanpa atribusi sebagai ‘Gubernur DKI Jakarta’. Lagipula, Ahok hanya nama panggilan dan bukan nama resmi penguasa ibukota itu.

Bintang dari karya jurnalistik ini tentu Karisma yang live di kesempatan terakhir dengan amat bersemangat, dengan latar buruh yang tengah euphoria dalam aksi dekat Monumen Nasional. Juru kameranya juga amat jeli, karena durasi live tak lama dan mungkin tak cukup memutar insert, ia mengambil gambar ke samping (panning) hingga kelihatan agak lebar suasana sekitar reporternya berdiri. Percaya diri menjadi kata kunci keberhasilan mereka.

Catatan tim peliput

Salah seorang juru kamera, Ramadhan Sultan, menceritakan, saat eksekusi, ia harus mencari informasi mondar mandir karena di tiga titik yaitu Bundaran Hotel Indonesia, Monumen Nasional dan patung kuda Indosat. “Kesan saya saat liputan yakni mendapat wawasan, pengetahuan baru, lelah, capek, dan senang jadi satu. Tetapi liputan kali ini kami happy saat di lapangan,” papar Sultan.

Juru kamera lain, Erwin menegaskan, kerja sama tim menjadi factor utama saat peliputan. “Apabila satu kelompok terus berdekatan maka gambar yang diambil pasti tidak akan jauh berbeda. Oleh karena itu saya memutuskan untuk memisahkan diri, agar gambar yang diambil bisa berbeda,” katanya.

Kesan lelah tapi senang juga dirasakan Karisma, standupper yang tampak amat antusias itu. “Meliput May Day 2016 merupakan sebuah pengalaman yang sangat tak terlupakan bagi saya.  Demo ini adalah suatu kejadian yang riil, di mana sebuah demo berlangsung dan kami harus terjun kelapangan bersandingan dengan para jurnalis professional,” kenangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.