Membedah Iklan Politik: Rhoma, Jagoan Baru PKB

Kehadiran Rhoma Irama memberi angin segar bagi Partai Kebangkitan Bangsa.

Mari ngobrolin TVC-nya PKB bersama Rhoma Irama. Setidaknya ada tiga versi iklan partai bernomor dua itu yang menjadikan raja dangdut sebagai bintangnya. Gambarnya tajam, cuma dari segi kreativitas agak kurang. Di-take berulangkali untuk versi yang berlainan, tapi latarnya nyaris sama.

Salah satu versi iklan itu berjudul, “Indonesia” sesuai judul salah satu lagunya. Diawali dengan gumaman Rhoma, “Alih-alih kemakmuran yang merata, yang ada… yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin… jreng, jreng, jreng…”

Adapun dua versi lain berjudul ‘Reformasi’ dan ‘Keramat’, juga serupa judul lagunya yang lain.

“Ridla Ilahi karena ridlanya

Murka Ilahi karena murkanya…”

Seusai menggenjreng gitar sembari menyanyikan lirik itu, Rhoma berujar, “Kalau ibu kita ridla, Allah pasti ridla. Kalau Allah sudah ridla, insyaallah selamat, berkah, dunia akhirat.”

Gairah baru

Mewawancarai Satria Bergitar di rumahnya, kawasan Mampang. Magnet baru kampanye PKB.
Mewawancarai ‘Satria Bergitar’ di rumahnya, kawasan Mampang, Jaksel. Magnet baru kampanye PKB.

Raden Haji Oma Irama, 67 tahun menjadi maskot yang diharapkan PKB mampu mendongkrak suara setelah partai itu lepas dari bayang-bayang alm. Gus Dur. Harus diakui, perolehan suara PKB kian turun. Saat masih bersama KH Abdurrahman Wahid, pada 1999 PKB meraup 12,6 perolehan suara, setara dengan 51 kursi DPR. Lima tahun kemudian, meski pencapresan Gus Dur-Marwah Daud ditolak KPU, PKB bercokol di tiga besar –di bawah juara Golkar dan runner-up PDI Perjuangan. PKB menambah satu kursi DPR jadi 52 legislator, meski total perolehan suara tinggal 10,5 persen.

Pada 2009, bersengketa dengan Gus Dur, perolehan PKB merosot menjadi 4,9 suara, dengan keanggotaan di parlemen tinggal 27 kursi. Tahun ini, PKB tentu kian gulana, apalagi keluarga Gus Dur terang-terangan melarang memasang foto presiden keempat RI itu pada kampanye PKB. Adapun anak kedua Gus Dur, Yenny Wahid, berkampanye untuk Gerindra, partai tempat suaminya, Dhohir Farisi, bernaung sebagai legislator di Senayan.

PKB perlu ikon baru. Nama Muhaimin Iskandar, Imam Nahrawi, dan Helmy Faishal Zaini tak cukup bisa dijual. Saat itulah, muncul Rhoma Irama, salah seorang calon presiden PKB yang dikenal sebagai pendiri Orkes Melayu Soneta. Konon, Soneta sempat dianggap sebagai akronim dari Sondong, Neglasari, Tasikmalaya, daerah asal Bang Haji –panggilan Rhoma. Namun, kabarnya pula, sang ‘Satria Bergitar’ membantah makna itu dan menyatakan Soneta berarti puisi empat belas larik dari Eropa.

Kini PKB seperti mendapat nafas buatan dalam kampanyenya. Orang lebih mengenal Rhoma daripada nama politisi PKB. Kampanye partai itu di daerah pun meriah, walau tak jelas mana simpatisan partai, dan mana fans Soneta. Sama seperti saat Ahmad Dhani juga ikut memeriahkan kampanye partai hijau sembilan bintang itu. Pesona Rhoma dan Dhani lebih kuat dibanding Mohammad Mahfud, capres lain yang juga dibawa PKB berkeliling Indonesia.

Akankah Rhoma sukses mengangkat elektabilitas PKB pada 9 April nanti? Seperti lirik lagu ‘Reformasi’, mampukah Rhoma mengelorakan deru perubahan, sebagai tuntutan dan kebutuhan partai nahdliyin yang terancam ditinggalkan loyalisnya?

Kita tunggu hasil 9 April nanti. Setelah 12, 10 lalu merosot 4 persen, berapa suara yang didapat “PKB Rhoma Irama” di era 2014 ini…

Leave a Reply

Your email address will not be published.