Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Membedah Iklan Politik: PKS yang Kian Funky

PKS mencoba keluar dari “drama” yang mereka alami. Pemilih muda jadi sasaran utama.

Berkemeja putih lengan panjang yang ujungnya dilipat, dengan blue jeans sebagai bawahan, pria itu berorasi nan penuh semangat. Itulah Anis Matta, Presiden PKS, mencoba membangkitkan semangat puluhan ribu kadernya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 16 Maret lalu.

“Partai Keadilan Sejahtera telah melalui babak pertama dari sebuah drama sejak satu tahun lalu.

Ketika Nabi Yusuf dibuang dari saudara-saudaranya di dalam sumur, dan satu tahun lalu kita mengalami satu peristiwa yang sama. Perlihatkan kepada bangsa Indonesia, sebuah drama tentang bagaimana PKS bisa keluar dari sumur itu…

Hari ini kita sudah keluar dari sumur itu, dan sekarang bangsa Indonesia menantikan babak kedua dari drama yang akan dilakoni PKS. Babak kedua itu adalah, perjalnan Nabi Yusuf, dari sumur ke istana…”

PKS butuh energi lebih untuk mencoba bangkit dari keterpurukan. Presiden keempat dalam sejarah berdirinya partai yang semula bernama Partai Keadilan itu, Luthfi Hasan Ishaaq divonis 16 tahun penjara, setelah dinyatakan melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang. PKS pun butuh strategi khusus, untuk mendongkrak –atau minimal mempertahankan- perolehan suara yang didapat Pemilu 2009. Saat itu PKS bertengger sebagai pemenang keempat, beroleh 7,8 persen suara, setara 57 kursi DPR. Sebuah pencapaian yang signifikan, kalau diingat pada Pemilu 2004 PKS hanya meraup 45 kursi DPR dan pada 1999 –saat masih bernama PK- hanya kebagian 1,4 persen suara nasional atau setara 7 kursi di Senayan.

Problemnya, mempertahankan 10,1 persen kursi di DPR tidaklah mudah. Partai ini diguncang isu besar korupsi, melibatkan Luthfi Hasan dan Ahmad Fathanah dalam skandal suap impor daging sapi berbungkus tindak pencucian uang, berbumbu percintaan dengan perempuan-perempuan di sekelilng mereka. Ketakutan bahwa anak muda Islami, captive market PKS, akan memilih golput, menjadi bayang-bayang tergerusnya suara itu.

Dan, Anis Matta dipilih menjadi figurnya. Sosoknya yang masih muda, 45 tahun dan sejak usia 29 tahun sudah jadi Sekjen PK, dipilih sebagai ikon partai untuk mengambil hati pemilih muda. Maka, kini di jalan-jalan pun bertebaran poster AMPM, ‘Anis Matta Pemimpin Muda’.

“Itu artis Korea juga?” kata seorang kakek saat melihat cucu puterinya memasang poster Anis Matta berdampingan dengan G-Dragon, anggota boy band asal Korea ‘Bing Bang’. Sang cucu menjawab, “Kakek belum tahu? Ini Presiden PKS. Sebelumnya saya golput, sekarang pilih PKS, dan presidennya… gue banget…”

Membidik cewek tak berhijab

Kader-kader PKS bekerja melalui berbagai cara untuk mengampanyekan, ‘drama’ yang mereka alami adalah bentuk konspirasi. Iklan animasi unik pun muncul di media sosial, mencoba ‘mencuci otak’ anak muda, dengan mengedepankan peristiwa yang dialami PKS merupakan skenario untuk menutupi mega korupsi lain: Century, Hambalang, dan Simulator SIM.

Itu memang bukan iklan resmi PKS, tapi menarik dikaji bagaimana upaya partai ini –minimal kadernya- untuk meraih simpati pemilih muda, terutama mereka yang dikhawatirkan menjadi golput karena kekecewaan pada partai ini.

Tak hanya mencoba meraih dan mempertahankan pemilih muda, PKS berharap, kian ‘funky’-nya partai ini mampu membuat ‘ekspansi’ tersendiri. Termasuk, merangkul loyalis baru yang lebih inklusif. Tak hanya pemilih perempuan berhijab, misalnya, tapi seperti ditampilkan dalam sosok iklan ‘Memilih PKS’ tadi, PKS mencoba menarik pemilih muda yang ‘gue banget’.

Mampukah partai ini melewati babak-babak drama selanjutnya? Sukses dari dalam sumur menuju istana? Atau jangan-jangan, mereka harus menunggu menjadi penerjemah mimpi orang lain dulu, baru bisa menembus kekuasaan….

Leave a Reply

Your email address will not be published.