Apa yang kali pertama melekat dalam impresi Anda saat disodorkan pada kata ‘Gerindra’ atau ‘Prabowo Subianto’?
Dulu, ada kuis yang amat terkenal, dibawakan oleh Sonny Valentino Tulung –kini caleg PDI Perjuangan untuk DPR daerah pemilihan Sulawesi Utara. Dalam kuis ‘Family 100’ yang tayang di dua stasiun televisi itu, dua grup peserta disodorkan pertanyaan, apa yang menjadi ‘top of mind’ mereka dalam sebuah topik tertentu. Saat membacakan lima jawaban yang benar, Sonny mengawali dengan kalimat otentiknya, “Survei membuktikan…”
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=t-7_UH7WC-I&list=PL2D0FAC2033D9CEBA]
Nah, kalau Anda disurvei saat ini, apa yang terlintas di pikiran Anda begitu mendengar kata ‘Gerindra’ atau ‘Prabowo Subianto’?
Mungkin di antara jawaban nan melekat itu ada kata ‘tegas’, ‘bersih’, ‘berani’, ‘jujur’, militer’, ‘anti kunjungan kerja’, dan lain-lain. Itu yang tense-nya positif. Tapi tak sedikit pula yang terkenang di ingatan sebagai persepsi kurang bagus, misalnya ‘angker’, ‘garang’, ‘pelanggar HAM’, ‘penculikan aktivis’, ‘temperamental’, dan lain-lain.
Kesan-kesan inilah yang coba dihapus Partai Gerakan Indonesia Raya, antara lain dengan menunjukkan sosok pemimpin mereka nan dekat dengan rakyat. Di beberapa TVC, mantan jenderal bintang tiga yang punya hobi melompat dari panggung dan dipangul ramai-ramai saat kampanye ini, di-setting sebagai figur nan banyak senyum, motivator, membangkitkan Indonesia sebagai ‘macan Asia’. Mungkin ada pula yang masih ingat, pada Pilpres 2009, saat pasangan capres SBY-Boediono dan JK-Wiranto mematok target pertumbuhan ekonomi 7-8 persen, Prabowo sebagai cawapres Megawati lantang menyebut mimpi pertumbuhan ekonomi, “Dua digit!”
Sulit lepas dari militerisme
Tapi, Prabowo, kini 62 tahun tetap saja sulit dipisahkan dari image militer yang ada pada dirinya. Pilihan kampanye di Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan ‘show’ turun dari helikopter, naik jip, dan menggunakan kuda ala Pangeran Diponegoro malah menuai kritik pengamat, bahwa ia seolah tak bisa mencopot kesannya sebagai ‘jenderal’ yang beralih menjadi ‘politisi’.
Tengok juga iklan / TVC berjudul Gerindra: 2014 Tahun Perobahan! Gemuruh suaranya mengingatkan Anda pada apa? Yap, laksana deru genderang drum di acara-acara kemiliteran. Diakhiri suara lengkingan burung garuda, yang menjadi ikon partai pemilik 26 kursi di DPR periode 2009-2014 itu.
Tapi, di balik kesan militerisme nan kuat itu, Gerindra mencoba menutupi dengan menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat kecil, dalam hal ini kalangan ‘blue collar’. Propaganda membidik buruh dilakukan dengan tagline ‘Stop pekerja kontrak, buruh membangun Indonesia Raya, buruh makmur negara jaya’. Pun, iklan lain dibuat dengan berbagai tema, misalnya pendidikan, maupun hari-hari keagamaan di Indonesia.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=uIoN69u02i4]
Benarkah kini sopir taksi dan kalangan masyarakat di beberapa lapis menerima terpaan iklan ini dan lekat dengan sapaan, “Saya Prabowo Subianto”. Benarkah rakyat sudah bisa #menolakangker pada sosok mantan Danjen Kopassus lulusan Akabri 1974 ini?
Jawabannya ada pada “survey membuktikan….” saat berlangsung pemilu legislatif 9 April, dan –mungkin- pemilu presiden 9 Juli mendatang.