Chicken soup for the soul. Memang tak salah frasa itu. Makan sop ayam hangat itu melegakan. Membuat badan segar dan hilangkan capek.
Di Jakarta dan sekitarnya, Sop Ayam Klaten Pak Min sangat terkenal. Entah kenapa, beberapa saat terakhir saya melihat branding ini dengan nama mirip-mirip. Ada yang namanya Sop Ayam Pak Miin, Pak Imin, dan lain-lain. Di balik nama itu ada tanda kurung nama lain, (Kelvin, Ragil, dan lain-lain).
Batin saya, apa pecah kongsi ya keluarga dan para pewaris resep utamanya?
Pun pertanyaan itu tak terjawab saat kemarin makan di Sop Ayam Graha Raya. Kasirnya tak mampu menjawab pertanyaan soal itu.
“Apa ya… saya nggak tahu, Mas. Cuma kerja saja. Mad, apa jawabannya….” kata Dela, pelayan di situ, sambil balik bertanya ke teman waiter lainnya: Ahmad.
Tapi, membaca tulisan di Kompas.com, tampaknya mereka bukan pecah kongsi. Memang keluarga itu membagi usaha berdasar anak-anaknya. Berbagi menurut teritori.

Tak banyak yang tahu jika usaha Sop Ayam Pak Min Klaten dirintis oleh Tugimin dan sang istri, Wagiyem yang menjualnya dengan pikulan. Hingga saat ini berkembang pesat dan memiliki 40 cabang yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Tukiman (46), anah keempat pasangan Tugimin dan Wagiyem bercerita orangtuanya merintis Sop Ayam Pak Min sejak tahun 1960-an.
Saat itu Tukiman atau yang biasa dipanggil Pak Ragil itu belum lahir. Sang ayah, kala merintis Sop Ayam Pak Min, menjajakan sup ayam keliling dengan dipikul. “Awalnya bapak saya itu berkeliling menjajakan sup ayam. Kelilingnya bukan pakai gerobak ya tapi dipikul,” saat ditemui di rumahnya di Desa Sekarsuli, Kecamatan Klaten Utara, Rabu (23/2/2022) dikutip dari Tribun Jogya.
Pak Min berjualan sup ayam dengan cara dipikul hampir selama 10 tahun dari kampung ke kampung hingga rute terakhirnya berhenti di Terminal Klaten. Kala itu Terminal Klaten masih berada di dekat Masjid Raya Klaten. Pak Min berjualan sup ayam dari pagi hingga sore. “Dulu terminal Klaten itu berada di lokasi masjid raya Klaten sekarang. Bapak merintis usaha itu dibantu oleh ibu saya dalam menyiapkan bahan-bahannya,” kenangnya.

Menurut Pak Ragil dalam pikulan yang dibawa sang ayah berisi kuah sup, ayam yang sudah dibumbui, nasi serta isian lengkap sup. “Bapak juga pernah cerita jika saat memikul dagangan, ia pernah sampai ketumpahan kuah sup karena beratnya beban yang dipikul,” imbuhnya. Di awal-awal merintis usaha, sup ayam tak langsung laku. Kadang kala, dagangan ada juga yang bersisa. Namun, Pak Min tetap tekun berjualan sembari memantapkan rasa dari sup ayam itu. Seiring berjalannya waktu, usaha Sop Ayam Pak Min Klaten bertransformasi ke gerobak. Pada tahun 1980-an, Sop Ayam Pak Min Klaten membuka warung pertama di Pasar Gede Klaten. “Saat tahun 1980-an itu anak-anak bapak sudah menjelang besar. Kami bersaudara ada 4 orang, saya yang paling kecil,” ucapnya.
Empat anak Pak Min bernama, Sihono, Sih Mulyoto, Triyono dan Tukiman
Hingga saat ini, Sop Ayam Pak Min Klaten telah memiliki 40 cabang yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia seperti, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga D.I Yogyakarta. “Kalau yang saya mengelolanya ad 10 cabang. Saya dapat kebagian yang di Jawa Barat, Klaten dan Yogyakarta,” ucapnya. Untuk Sop Ayam Pak Min yang ia kelola, Tukiman menambahkan nama Ragil di bagian bawah spanduknya.
