Agenda hari pertama di Raja Ampat: eksplorasi Kali Biru.
Mendarat di Bandara Marinda Waigeo Selatan jam 9 pagi, menuju penginapan Raja Ampat Dive Resort milik Nadine Chandrawinata tiba jam 10 pagi, agenda berikutnya sudah menanti.
Lepas makan siang, kami bermobil menuju Kali Biru. Ini merupakan destinasi wisata sungai berair biru jernih di tengah hutan yang masih terjaga keasriannya. Terdapat di Kampung Warsambin, Distrik Teluk Mayalibit, sekitar 1,5 jam perjalanan dari Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat.

Pesona alam bawah laut, pesisir pantai, pegunungan, dan salju abadinya adalah sedikit kisah legendaris Papua, yang menjadi magnet di kalangan wisatawan domestik dan dunia. Sesungguhnya, masih banyak lagi pesona keindahan Papua yang menarik untuk dijelajahi.
Salah satunya adalah objek wisata alam Kali Biru di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya. Letaknya di Kampung Warsambin, Distrik Teluk Mayalibit, sekitar 50 menit perjalanan darat dari Waisai, ibu kota kabupaten.

Perjalanan 50 menit dari Waisai ke Warsambin melewati aspal mulus membelah belantara hijau lebat hutan kabupaten. Jika sudah sore rute ini akan gelap gulita karena jalannya tidak dilengkapi lampu penerangan.
Sepanjang perjalanan selepas batas kota, kita akan jarang menemui perkampungan penduduk. Karenanya, perjalanan ke Warsambin dan selanjutnya ke Kali Biru disarankan dilakukan pada pagi hari dan kembali ke kota sebelum petang.

Sesampainya di perkampungan yang berada di pesisir teluk, wisatawan harus segera menyewa speedboat berkapasitas 10-12 orang. Harganya Rp500 ribu untuk perjalanan pergi dan pulang dengan waktu sewa paling lama lima jam atau sebelum jam 15.00 WIT.
Selain itu, wisatawan juga bisa menyewa seorang pemandu dari warga Warsambin dengan biaya sebesar Rp100 ribu dan tiket masuk Rp50.000 per orang. Biasanya, pemandu di lokasi itu adalah anak-anak usia antara 13–15 tahun yang sudah sangat paham rute ke lokasi.

Perjalanan dari dermaga menuju ke titik sandar perahu di tengah hutan adalah sekitar 20 menit. Sepanjang perjalanan menuju Kali Biru, kita akan disuguhi pemandangan keindahan hutan hijau di antara gugusan Waigeo, pulau terbesar di Raja Ampat di mana Warsambin dan Kali Biru berada.
Permukaan air di sekitar gugus pulau sungguh jernih sehingga kita dapat menyaksikan dengan mata telanjang terumbu karang alami dan ratusan jenis ikan aneka bentuk di bawah perahu kita. Selang 10 menit, perahu berbelok ke kiri dan sejurus kemudian langsung memasuki muara sungai berair jernih berarus lumayan kencang. Lagi-lagi hutan hijau lebat di kiri-kanan sungai membuai mata ditingkahi kicau aneka burung.

Pohon-pohon tinggi besar khas Papua menjulang, seperti hendak menyapa kedatangan siapa saja yang memasuki sungai. Setelah perahu menepi, wisatawan masih harus melalui jalan setapak beralas tanah selama sekitar 20 menit, sebelum bertemu aliran sungai dangkal setinggi mata kaki orang dewasa.
Airnya terlihat jernih dan sangat dingin, meski suhu udara di sekitar tak lebih dari 25 derajat Celcius. Suara serangga hutan turut menghibur langkah kaki. Setelah menyeberangi aliran dangkal selama lima menit, kaki kita akan bertumbuk ke tangga semen yang di atasnya terdapat gapura kayu bertuliskan “Selamat Datang di Kali Biru”.

Tunggu dulu, karena kita masih harus menjejak jalan setapak berbalut semen sejauh 200 meter bersambung jalan bersusun bilah papan sejauh 100 meter.
Di tengah perjalanan inilah, dari tengah hutan dari tempat sandar perahu menuju Kali Biru itu, empat orang bertato sepanjang badan dan hanya berbusana dedaunan tiba-tiba mengepung wisatawan dengan tombak teracung.

Syukurlah, kekagetan para tamu kemudian berubah jadi gelak riang yang diabadikan dalam foto dan video bersama anggota ’pasukan perang adat’ khas Suku Maya itu. Kami berteriak bersama-sama bak melakukan tarian perang Papua, ”ho ho ho ho ho..”
Akhirnya, bersama dengan tim penyambut tarian perang tadi, kami sampai tepian Kali Biru. Seperti namanya, kali kecil ini berair biru sangat jernih dan terkadang berubah hijau toska. Saking jernihnya, mata kita dapat leluasa melihat dasar sungai berupa bebatuan, batang kayu mati, dan tentu saja aneka ikan.

Arus sungainya tak deras, bahkan cenderung tenang. Pepohonan besar berbatang tinggi seperti memeluk erat alam di sekitar sungai dan membuat sinar matahari hanya menembus di beberapa bagian saja. Lebar sungainya sekitar 2 meter meski di beberapa sudut bisa mencapai 4 meter. Demikian juga dengan kedalamannya, sekitar 2–3 meter kendati ada pula yang mencapai 5 meter.
Saat berenang di Kali Biru ini, kulit tubuh kita dapat merasakan air sungai begitu dingin, sekitar 15–20 derajat Celcius. Masih terjaganya keasrian hutan Warsambin menjadi penyebab lain air sungai terasa sangat sejuk. Walaupun berada di tengah hutan belantara, kawasan Kali Biru sudah tertata karena ada beberapa pondokan atau gazebo untuk duduk-duduk pengunjung dan toilet.
Ke Raja Ampat, jangan lewatkan spot berendam eksotis ini!







