Sampai Jumpa Lagi, Mahasiswa-Mahasiswi SPI A

Mengakhiri perkuliahan Sistem Politik Indonesia A. Mahasiswa-mahasiswi semester satu Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya yang sangat penuh percaya diri.

Inilah Gen-Z itu. Mahasiswa semester satu yang ‘dipaksa’ belajar politik. Selama 14 kali pertemuan, offline dan beberapa kali online, anak muda yang baru saja meyandang gelar ’maha-siswa’ dan mengecap pendidikan kampus ini menjadi enjoy mengamati dunia politik Indonesia. Apalagi momennya bertepatan dengan Pilkada Serentak 2024.

Tiap pertemuan kami membahas update isu-isu politik. Diselingi secara bergantian memprofilkan kandidat Pilkada Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara. Sekali diseling terkait analisis iklan politik calon presiden Amerika Serikat dan lepas Ujian Tengah Semester membahas mengapa Donald Trump menang dalam Pilpres AS November lalu.

Menonton dan membedah film ‘House of Cards’ juga jadi tugas tambahan. Dari sini ketahuan mana yang benar-benar nonton dan tekun menyimak perkembangan dunia politik lewat trik dan siasat di istana kepresidenan Amerika Serikat.

Setelah UTS, kami berdiskusi tentang topik aktual saat itu. Dari persoalan Gus Miftah, Adita Irawati, The Economist, potret Gibran menjadi pelaksana tugas presiden, sampai rendahnya partisipasi Pilkada 2024.

Tugas memvideokan Pilkada, menjadi reporter sekaligus piece to camera saat hajatan demokrasi besar ini menjadi asyik dilakukan dan dievaluasi. Karena itu, pada Ujian Akhir Semester mendatang, tugasnya pun kembali bikin video, dan melakukan wawancara, bagaimana harapan warga mengenai pemimpin lokal yang baru terpilih pada Pilkada 2024, untuk mengemban amanat setidaknya di tahun pertama 2025.

”Sistem Politik Indonesia kelas A, kami pamit…” begitu teriak Clairine Jane, Cut Rashya, Aloysius Alvaro, Rhaisya Najwa, Harrelson Hagai, Hans Jonathan, Talitha Angelina, Vero Prayang, Reynard Kenno, Yohanna Aprilia, Chelsea Aliona, Rapha Miktam, Kerenhapukh Manik, Wibi Galih, Fira Rania, Gloria Bonita,  Jamie Aditya, Kailani Sarah, dan kawan-kawannya, termasuk dua mahasiswa asal Timor Leste: Flavio Baptista Freitas dan Emilio de Rodat Freitas.

Saya percaya, anak-anak muda macam mereka bikinlah tipikal ’Generasi Strawberry’ yang diidentikkan dengan buah lembek nan gampang terpencet. Mereka adalah fighter, asal kelak bisa mengalahkan rasa malas di era perkembangan teknologi dengan Akal Imitasi (AI) yang bisa membantu menyelesaikan tugas sekaligus menumpulkan intelejensia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.