Sudah lama tak melihat suasana seperti ini. Gereja begitu penuh. Banyak yang duduk di kursi Eagle Kidz, yang biasa dipakai untuk ibadah anak-anak. Padahal pembicaranya, Pastor Fuji Harsono ‘hadir’ via streaming.
Bilangin 13 tentang kedua belas pengintai menjadi dasar event ini. Bagaimana kita harus berpegang pada optimisme, melihat buah buah anggar, buah delima, dan buah ara yang dipotong sebagai lambang kesuburan negeri yang diintai. Bukan pada laporan negatif di ayat 28, tentang bangsa yang kuat, kota-kota berkubu dan orang-orang raksasa.
“Mari masuk dalam dimensi supranatural, alami tanda heran dan tanda mujizat itu dalam keseharian hidup kita. Sayangnya, banyak orang Kristen mengabaikan buah, tapi lebih percaya dengan laporan negatif,” kata Fuji.

Fuji pun menantang anak Tuhan masuk dalam realita kerajaan Allah
”Apakah memperhatikan buah itu sebagai undangan atau melihatnya sebagai kemustahilan, sehingga berakibat seperti orang Israel yang kehilangan berkat-berkat tanah perjanjian,” ungkapnya.
Fuji Harsono pun memberi kiat bagaimana membangun gaya hidup didasarkan pada iman (buah), bukan pada situasi yang terlihat (laporan)?

Pertama, kembangkan selera akan buah.
Yohanes 16:24 menjadi sandaran, ”Mintalah supaya genap sukacitamu. Mintalah supaya sukacitamu menjadi penuh.”
Kedua, bangun atmosfer iman.
Pertegas itu dengan suara. Seperti Kaleb dan Yosua, berkata, ”Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!”
Keluarkan kata-kata untuk membangun kepercayaan.

Di sini, Fuji mengingat seorang hamba Tuhan di Amerika Serikat, Catherine Cullman, yang bahkan peserta kebaktian kebangunan rohaninya sudah mengalami kesembuhan, bahkan saat masih dalam perjalanan, kala KKR itu belum berlangsung.
Dari kisah 12 pengintai ia membagi ada empat jenis orang,
Orang-orang dengan perkataan negatif, orang-orang dengan peratap pengeluh, orang-orang pencemooh, dan orang-orang beriman.
”Doa Anda tidak boleh pesimistis. Doa itu jangan moga-moga. Kalau berdoa, percayalah engkau sudah menerimanya,” tegasnya.
Ketiga, berani ambil risiko.
Mengapa orang-orang Israel menolak pergi ke tanah perjanjian? Karena mereka berharap ada ’karpet merah’, tak ada perlawanan dan peperangan saat merebut tanah itu.
”Tuhan ingin melakukan intervensi atas hidup kita tapi iman kitalah yang membuka pintu Tuhan bekerja. Sebagai ’kepala’ kalau Tuhan mau bekerja, Ia akan menggunakan tubuhnya di muka bumi,” tukasnya.
Ia menekankan lagi. ”Tuhan senang bukan karena hasilnya, tapi karena ketaatan Anda untuk ambil risiko. Karena itu, iman harus diperhadapkan dengan ‘masalah’. Iman harus ketemu challenge sehingga ia bisa hidup. Justru kelemahanmu menarik pribadi Kristus.”
Keempat, berlatihlah dalam Roh Kudus. Tuhan sudah memberi kita kuasa, tenaga, dan otoritas. Semakin sering Anda melakukannya, maka tubuh Anda akan semakin kuat.
”Ketika Anda melayani orang sakit atau mengusir setan jangan memohon lagi kepada Tuhan. Tiada yang mustahil karena Roh Allah turut bekerja di antara kita,” pungkasnya.
