Sutan Dami Men-‘Jajal’ Jakarta

Bertemu adik rohani dari GMKI Surabaya. Berjuang meraih masa depan dan menanamkan mimpinya.

Nama panjangnya Azarya Kairossutan Sacri Pusaka Dami. Biasa disapa Sutan Dami. Berdarah Rote, Nusa Tenggara Timur. Baru menyelesaikan pendidikan S-1 di Teknik Informatika UK Petra Surabaya, ia kini mengincar salah satu dari tiga kampus negeri untuk kuliah magister lewat jalur Beasiswa Afirmasi Lembaga Dana Pengelola Pendidikan (LPDP).

“Pengennya sih bisa diterima di salah satu antara Universitas Indonesia, ITB atau UGM,” ungkapnya di depan Patung Selamat Datang yang dibangun Presiden Soekarno menjelang dimulainya Asian Games 1962 di Jakarta. Satu tahapan seleksi LPDP sudah dimulai, ia bersiap untuk langkah berikutnya.

Sutan tak patah arang meski baru saja kalah dalam pemilihan ketua cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Surabaya dalam Konferensi Cabang XLIII di Pacet, Mojokerto, akhir tahun lalu. Saat ini, ia punya mimpi ke depan, bergabung dalam Pengurus Pusat GMKI usai Kongres Samarinda dua bulan lagi.

“Saya menyiapkan prototipe aplikasi ‘GMKI dalam Genggaman’ untuk database anggota, dengan main fiture berupa Membership Card (Kartu Tanda Anggota) Digital sehingga organisasi ini punya big data serta legitimasi eksistensi kader yang dapat di tracking hingga level cabang-cabang di Indonesia,” kata eks Sekretaris Fungsional Media Komunikasi GMKI Surabaya periode lalu yang sukses menghidupkan kembali media ‘Dedicatio’.

Ia berjanji tetap melanjutkan nafas majalah legendaris itu guna mengasah kemampuan analisis, critical thinking dan menulis kader GMKI Surabaya, bahkan GMKI setanah air.

Senja itu, bersama Koordinator Wilayah V PP GMKI Hizkia Trianto dan kader GMKI Surabaya lain, Dimas Kartiko, mereka menjajal MRT dari Bundaran HI ke Lebak Bulus. Pulang pergi. Mereka datang ke Jakarta bertiga. Bermobil menempuh perjalanan hampir dua ribu kilometer pulang pergi. Demi urusan organisasi dan mimpi-mimpi ke depan.

Berteman mie jawa, nasi goreng kampung, dan air putih hangat di Kedai Tjikini M Bloc, visinya tertuju untuk Jakarta yang sedang di-‘jajal’-nya.

“Saya pernah enam bulan magang di sebuah perusahaan besar farmasi di Jakarta. Jadi menghayati benar lirik lagu ’Jakarta hari ini tak pernah sama’ karya For Revenge-2022. Begitu juga saya yang merasa sangat raw (mentah) dalam perjalanan hidup ini,” tuturnya.

”Jakarta hari ini tak pernah sama
Jika dahulu ku tak pernah membuatnya kecewa
Jakarta hari ini tak pernah ada
Jika dahulu ku tak pernah membuatnya menyeka air mata

Yang datang dan pergi
Semua yang harus dilalui
Kadang kita perlu tersakiti
‘Tuk menjadi manusia…”

Kini Sutan merasa memiliki bekal ’bertarung’ dengan mulai mengerti dan memahami cara kerja dunia organisasi, pelayanan dan loyalitas.

”Kota ini tetap menantang meski kelak tak jadi ‘mama’ kota negara. Saya berharap bisa berguru lebih intens lagi di ibukota, baik di kuliah maupun organisasi kelak,” pungkas pria 22 tahun ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.