The Last Supper Sebelum Paskah 2025: More Than a Story

Film tentang Yesus sudah begitu banyak. Dulu bahkan tiap Paskah diputar di TVRI. Juga Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) kerap memutarnya berkeliling tanah air. Kini, hadir ’The Last Supper’ versi 2025.

Kami menonton di Puri Mal XXI. Durasinya 114 menit. Hampir dua jam. Ada beberapa improvisasi yang tak ada di Alkitab. Malah, fokusnya nampak pada kisah Simon Petrus. Buktinya, di kredit title akhir film, nama pemeran Petrus, James Oliver Wheatley, disebut terlebih dulu daripada nama pemeran Yesus, Jamie Ward.

Nampak sekali sosok kepemimpinan Petrus. Beberapa kali murid-murid meminta ’fatwa’ saat mereka kehilangan arah, dengan berkata, ”Peter, Peter…” Juga saat ia bak intelijen mempersiapkan tangga mitigasi evakuasi Yesus kalau pasukan Romawi menggerebek Perjamuan Akhir di loteng rumah yang dipilih itu.

Sosok Petrus juga nampak pada tekadnya kuat, rela mati demi tak mengkhianati Yesus. Di sini kemudian adegan tiga kali ia menyangkal Yesus menjadi epik, sebelum ayam berkokok dua kali.

Namun, saat Yesus mengalami masa penampakan setelah kebangkitan, Petrus pula yang mengenalNya sebagai ’Guru’. Melepas baju, mencemplungkan diri ke tepi Danau Tiberias, dan mendapat tantangan tiga kali, ”Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Gembalakanlah domba-dombaku…”

Selain Petrus, sosok Yudas Iskariot mendapat highlight cukup tinggi di sini. ‘Dramatisasi’ Petrus melihat Yudas gantung diri juga jadi poin menarik film ini,

Ditulis dan disutradarai Mario Borelli, film ini mengambil lokasi syuting di Maroko.

Ada beberapa dialog saya catat khusus di film ini.

“Biarlah iman menjadi kekayaan kita.”

”Orang mengikuti yang memberi mereka makan.”

”Hanya butuh satu unta yang pincang untuk menghancurkan seluruh kalifah.”

Akhirnya, seperti teks di awal film, begitulah tujuan versi kisah Yesus ini dibuat, ”This is more than a story – it’s an invitation to know Jesus.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.