Buku kedelapanbelas Tere Liye yang saya baca. Kumpulan cerita pendek tentang perasaan cinta.
Ada 15 judul dalam buku ini. Limabelas cerita. Diawali dengan ‘Bila Semua Wanita Cantik’. Cerita tentang seorang cewek yang minder karena kondisi tubuhnya. Tapi, kemudian dunia berbalik dan menumbuhkan standar kecantikan baru, bahwa “yang semula dianggap jelek” itulah yang kini bagus.
Pesan moral cerita pembuka ini sangat jelas. ”Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik itu. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”
Demikian setiap pesan moral tentang cinta mengalir dari kisah satu ke cerita berikutnya.
Soal persaaan cinta, apakah disampaikan atau dipendam, menjadi inspirasi beberapa bab.
Pada kisah ‘Cintanometer’, salah satu unggulan buku ini, tersebutlah inovasi penemuan alat pengukur cinta. Lebih karena penduduk sebuah kota cenderung pemalu untuk menyatakan ekspresi cintanya, karena takut ditolak. Tapi, apa yang kemudian terjadi saat semua rasa itu bisa dideteksi satu sama lain? Masih asyikkah hidup dan segala kemisteriusan cinta itu?
’Kutukan Kecantikan Miss X’ satu dan dua menjadi serial bagaimana mengagumi perempuan di bus kota tapi tak mampu menyatakannya menjadi ganjalan. Sampai akhirnya sang bidadari itu menikah.
Perkembangan Akal Imitasi atau Artifisial Intelijen
berkembang dalam cerita ’LOVE Ver. 7.0 dan MARRIED Ver.
9.0’. Lagi-lagi, karena kesibukan kerja dan rasa malu
berekspresi, perlu bantuan teknologi untuk membantu
menyampaikan rasa itu.
Saya terkesan dan menaruh nilai lebih pada ’Kupu-Kupu
Monarch’, cerita tentang pasangan suami isteri luar biasa,
menghadapi deraan musim dingin nan berat. Dan berakhir
dengan pengorbanan di satu sisi, dan pengkhianatan di sisi
lain.
Begitupula cerita-cerita berikutnya sampai akhir buku ini. ’Lily
dan Tiga Pria Itu’, serta ’Antara Kamu dan Aku’. Kadang cinta
memang tak harus memiliki. Tapi, mengekspresikan rasa cinta
juga menjadi ’seni’ dari perjalanan cinta itu.