Lampung kaya tempat kuliner. Pun juga termasuk sebagai daerah dengan habit penggemar minum kopi. Ada beberapa tempat makan menarik di seputar Bandar Lampung.
Dalam perjalanan menuju Pantai Kyokko menggunakan ojek daring, saya merasa sudah waktunya makan. Lewat jam 12 siang. Saatnya berbuka intermittent fasting. Saya mengajak Suhendra, driver ojek motor itu, mencari warung makan apapun. “Ya, semacam warteg atau warsun, lah, Bang…”
Melewati beberapa penjual nasi uduk, akhirnya kami berhenti di sebuah warung makan nan sederhana. Ada beberapa pilihan lauk. Bang Hendra menyebut ayam bakar, saya memilih kepala ikan simba.
Saya suka sesuatu yang baru. Meski memang agak asing kedengarannya. Biasa di Semarang -atau Magelang- kita mudah mencari Kepala Ikan Manyung, sejenis ikan laut yang dikenal juga dengan nama sea catfish. Mirip lele. Di Jalan Raya Pos Pengumben, Joglo, Jakarta Barat, ada rumah makan khusus spesialis menu ini.

Pun di tempat lain kawasan Sumatra dan juga spot-spot perairan lain, Anda bisa mencari menu Kepala Ikan Kakap, yang konon mengandung protein, lemak, kalsium, fosfor, dan vitamin A, bermanfaat menjaga kesehatan mata, menurunkan hipertensi, mencegah osteoporosis, dan mengatasi gejala stroke.
Tapi, Kepala Ikan Simba, apakah itu? Selama ini di kepala hanya mengenal simba sebagai salah satu varian produk elektronik, mengacu pada karakter utama yang merupakan seekor singa jantan muda di film ’The Lion King’. Ia adalah putra dari Raja Mufasa dan pewaris takhta Pride Lands.
Ya sudahlah, karena penasaran, pesan saja. Ikan simba kuningan, Bahasa Latinnya ’Caranx Papuensis’ juga dikenal sebagai trakulu, dan kuwe papua adalah salah satu spesies ikan laut berukuran besar yang tergolong dalam keluarga jack, Carangidae.

Ternyata banyak sekali variannya: Pindang Pedas Kepala Simba, Pindang Kepala Ikan Simba Mami, Kepala Ikan Simba Bambu Kuning, Asem Padeh Kepala Simba, Gulai Kepala Simba, dan lain-lain. Kalau Anda pernah singgah makan di restoran Sumatera Bagian Selatan, memang rata-rata jenis makanan ikannya disebut ’pindang’. Padahal, tak ada ikan pindang di sana.
Saya menikmati sup kepala ikan simba. Dihidangkan terpisah nasi dan supnya. Rasanya kenyal, harga tak sampai 30 ribu rupiah per porsi.
Belakangan, dalam perjalanan bermobil ke Pelabuhan Bakauheni, nampak resto-resto memajang Kepala Ikan Sumba sebagai salah satu di antara deretan menu di kain-kain banner pinggir jalan itu.
Selamat mencoba dan merasakan sedapnya Kepala Simba!