Diadaptasi dari cerita mendiang Arswendo Atmowiloto dan pernah jadi sinetron di RCTI, film ‘Satu Kakak Tujuh Ponakan’ mengisahkan beratnya kehidupan ditimpakan ke seorag pria. Generasi ’sandwich’, digencet atas bawah.
Chicco Kurniawan dengan gemilang memerankan peran Hendarmoko ’Moko’ arsitek muda yang terpaksa mengurus karirnya sembari merawat para keponakannya selepas kematian kakak-kakaknya. Aktingnya tak kalah hebat dibandingkan saat ia meraih Piala Citra 2021 sebagai pemain utama pria terbaik untuk peran Amin di ’Penyalin Cahaya’.
Bumi seakan keruntuhan langit saat ia harus mengasuh adik-adiknya. Ponakan tepatnya. Terutama karena sang kakak ipar meninggal dunia terkena serangan jantung. Disusul isterinya saat melahirkan. Mewariskan tiga anak termasuk Ima, sang bayi perempuan.
Juga ada anak dari keponakan lain. Pun masih ketambahan anak dari guru les yang ’dititipkan’ karena orangtuanya bercerai.
Moko berkorban tak jadi kuliah ke luar negeri. Tak jadi pula beli laptop baru. Bersyukur ia punya pacar nan sangat suportif, Maurin Fidella (dimainkan Amanda Rawles, juga rekan duetnya pada film pendek lagu Sal Priadi ‘Kita Usahakan Rumah Itu’ sama-sama disutradarai Yandy Laurens).
Hidup sudah berat, dengan gaji Rp 8 juta sebulan, makin lengkap penderitaannya dengan kedatangan kakak ipar dari Australia yang malah ‘morot’ dan berujung terjebak investasi bodong. Pas bener Ringgo Agus Rahman menjalankan lakon sebagai antagonis bernama Eka, suami Osa dan kakak ipar Moko.
Inilah kehidupan, film berdurasi 131 menit yang dirilis awal 2025, menggambarkan kadang hidup tak harus selalu baik sesuai mimpi kita. Tapi, bisa kembali bersama dalam sebuah keluarga, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
Ada beberapa kutipan dialog menarik dalam film ini…
”Yang bertanggung jawab sama hidup kita itu, diri kita sendiri. Gausah ngurusin orang lain, buat apa sih?”
“Orang sungkan akan selalu dipertemukan dengan orang yang gak tahu diri”
“Pernah gak melakukan sesuatu biar merasa orangnya tetap ada?”
”Kita itu keluarga, gak ada yang namanya nyusahin, apalagi beban.”
”Sebaik apapun kamu, gak bisa kamu menolong semua orang”
“Gak ada yang namanya kerja cari nyaman, itu gak ada.”
”Kakak kerja pagi, siang, malam, itu gak pernah berpikir untuk kalian kembalikan.”
“Yang harus ditanggung itu biaya hidup, bukan gaya hidup.”