Santap siang di Banda Aceh berikutnya, menuju Kuala Village di kawasan Syiah Kuala.
Kali ini, saya dijemput dr. Ronaldy Ferdian Rusly, pemilik Klinik Alisha yang saat ini telah membuka cabang ketiga nya di kawasan Sukamakmur, Aceh Besar. Ronald, begitu sapaan akrabnya, merupakan seorang dokter yang selama ini melayani pasien-pasien dengan penyakit pada telinga, hidung dan tenggorokan (THT) datang bersama istrinya yang seorang dosen Fakultas Teknik Arsitek di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh yaitu Dr. Zya Dyena Meutia, ST. MT.
“Kita ke arah Lambaro Skep. Kalau di Jawa Barat banyak Ci, Ci, artinya sungai, di Aceh banyak nama Lam, Lam… artinya pedalaman,” kata Ronald sembari mengemudikan Toyota Camry hitamnya.

Kami datang Senin siang. Jadi, cukup beruntung, situasi tak crowd saat itu. Konon, jika weekend , pengunjungnya sangat ramai.
Memang lokasi dan view nya menarik. Suasana hutan pinggir laut. Di sisi resto, ada hutan bakau yang bisa disisir dengan boat sewaan.

Situs steemit menulis restoran dengan konsep modern ini dibangun di atas timbunan tambak ikan. Belum banyak bangunan lain di sisi kiri dan kanannya, sehingga sangat mudah ditemui. Lingkungannya pun asri, dikelilingi tambak ikan, beberapa pohon cemara dan pohon seri.
Di kejauhan pun kita dapat menikmati pesona Gunung Seulawah yang indah dengan warna biru cerahnya, menjulang memecah awan. Rimbunan hutan bakau di belakang restoran, juga menyajikan keindahan tersendiri.

Di sebelah kiri restoran, juga dibangun rangkang, yang berada di atas air. Di sini, kita bisa duduk lesehan, menyantap sajian menu seafood khas Kuala Village. Sementara angin laut yang berhembus tenang dan menyejukkan, membuat santapan terasa lebih nikmat.
Sesuai lokasinya, rumah makan ini spesialis makanan laut. Menu andalannya bandeng presto cabe ijo, kerapu asam manis, cumi goreng tepung, dan udang goreng tepung. Minumannya aneka jus dan Kopi Arabika beraneka rasa.

Pemiliknya Restoran ini adalah Jafaruddin Husin, dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Abulyatama (Unaya). Abi -sapaan akrabnya, mengisahkan, resto ini sempat vakum akibat Covid-19, momen tersebut kita manfaatkan untuk berbenah membangun sarana dan prasarana pendukung lainnya.
“Alhamdulillah di lahan 3,4 ha resto kami menyediakan ikan hidup ( fishing area ), sungai kecil berperahu, play ground serta gedung untuk acara rapat dan pesta,” ucapnya seperti dikutip Tabloid Sinar Tani.

Untuk pengelolaannya, Abi mempekerjakan tak kurang dari 21 milenial yang dilibatkan termasuk chef berpengalaman, tenaga ahli masak, waiter serta karyawan tambak.
Oh ya, kredit untuk pelayan di Kuala Village. Sesaat sebelum kami kembali ke mobil, seorang pramusaji bergegas mengejar, memberitahu kalau dompet saya ketinggalan.
Teurimong geunaseh, Ronald Ferdian, Zya Meutia dan Kuala Village…
