Berkunjung ke Kudus jangan lupa mampir ke mari. Inilah landmark Kota Kudus. Mewarnai berbagai ornamen bangunan di sebuah kota.
Seperti Jakarta dengan Monas, Jogja dengan Tugu, Bandung dengan Gedung Sate, atau Lampung dengan Sigernya.
Ke Kudus tak hanya identik dengan kota kretek. Juga kota dodol alias Jenang Mubarak. Di Menara Kudus, aura kota ini terlihat.
Lewat jam sembilan malam kami tiba. Para penjaja makanan dari kacang rebus, jagung, sampai macam food court berdiri di kawasan Menara Kudus. Sahabat saya memerlukan khusus masuk ke dalam. Ziarah, Saya memilih hanya sampai gerbang. Ada apa di dalam?
Sebenarnya bangunan ini resminya adalah sebuah masjid. Masjid Al-Aqsa Manarat Qudus. Makam Sunan Kudus, salah satu dari member of Walisongo, ada di bagian barat masjid. Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai penggagas dan pendiri.

Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melakukan pribumisasi ajaran Islam tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dalam pengaruh agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus.
Berdiri pada 23 Agustus 1549, Menara Kudus memiliki ketinggian 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang.
Sunan Kudus
Sunan Kudus terlahir dengan nama adalah Sayyid Ja’far Shodiq bin Syekh Sabil Sunan Ngudung Demak. Ia anak Utsman Haji, bergelar Sunan Ngudung, petinggi Kesultanan Demak di bidang kemiliteran dan keagamaan. Jabatan ini kemudian diteruskan kepada Ja’far pada era Sultan Trenggana (1521-1546).
Selain Masjid Menara Kudus di Desa Kauman, pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah masjid di Desa Kerjasan, Kota Kudus yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota.
Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.
Pada tahun 1550, setahun setelah Menara Kudus kelar, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. Ia pun kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.
