Di Surabaya kami biasa memakai kata ’ciak’ untuk makan. Kata ini berasal dari bahasa Hokkien yang digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Tak sangka suatu saat bisa ciak di tepi Sungai Siak, sungai terdalam di Sumatra.

Dengan panjang sekitar 345 km dan lebar 96 meter, Sungai Siak pernah memiliki kedalaman hingga 30 meter dan berperan penting sebagai jalur transportasi kapal besar serta menunjang perekonomian. Namun, akibat pendangkalan, kedalaman Sungai Siak tinggal sekitar 18 meter. Pendangkalan ini disebabkan oleh abrasi dan endapan yang dibawa oleh hulu Sungai Siak. Sungai ini mengalir melalui Kota Pekanbaru sebelum bermuara di Selat Malaka.
Planto Sungai Siak, Pekanbaru. Itu nama restonya. Dari arah Kota Pekanbaru, menyusur Jalan Sudirman nan panjang, masuk ke Jembatan Siak IV atau Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, diambil dari nama Sultan Siak IV yang juga pendiri Kota Pekanbaru, dikenal pula dengan nama Marhum Bukit.

Jembatan ini menghubungkan pusat kota Pekanbaru di Jalan Sudirman Ujung dengan Kecamatan Rumbai Pesisir, merupakan proyek tahun jamak dan mulai dikerjakan sejak tahun 2009 dengan tujuan persiapan penyelenggaraan PON XVIII di Riau 2012.
Di sini bisa menikmati sensasi makan di atas tongkang yang disulap jadi tempat makan unik dan nyaman. Bersantap sambil menikmati semilir angin sungai dan pemandangan jembatan ikonik kota Pekanbaru.

Menunya khas makanan laut. Bermacam ikan termasuk asam pedas patin, udang galah, rendang ayam, ayam goreng, kerang segar, dendeng kering, tempe kentang orek, juga ada telor barendo khas Minang. Dadar telor ukuran jumbo yang mirip dihiasi pita berenda-renda.
Jadi, ape nak kita pesan hari ini di Planto Sungai Siak?










