Ibadah GMS awal Desember mengangkat series Pastor Philip Mantofa: Mengakhiri Akhir Tahun dengan Kemenangan.
Hadir di ibadah sesi empat atau ibadah kelima di GMS Puri, Pastor Philip menegaskan tema mengatasi kepahitan dan solusinya. Dari kisah Yusuf.
”Kalau cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, maka kepahitan adalah akar segala kerusuhan. Tak ada orang waras kalau ia simpan setan dalam hidupnya,” jelasnya.
Kejadian 45 menjadi dasar saat cerita ’edisi reuni’ Yusuf dan saudara-saudaranya.
”Pengampunan tak mengabaikan rasa sakit. Harus dari lubuk hati terdalam. Akar kepahitan banyak dampaknya, dari balas dendam, sampai melukai diri sendiri,“ katanya.
Allah akan pakai rasa sakit itu sebagai berkat. Philip menjelaskan, ini tak butuh perasaan, tapi tekat hati yang bulat.

”Loyalitas harus dibangun dan hubungan harus jangka panjang. Jangan bakar jembatan. Berkat Tuhan terindah dalam hidup ini adalah hubungan. Jagalah dengan rendah hati,” urainya.
Philip mengatakan, selama kita masih manusia, kita masih membutuhkan orang lain.
”Yusuf bukan agen kecelakaan tapi agen Kebajikan. Tuhan melihat hati. Karena itu, jangan pernah termotivasi oleh benci, apapun profesimu. Jangan sampai nafas kita kalau diurai isinya ’benci’. Isinya haruslah ’love’,” jelasnya.
Tapi ingat, ‘love is not weak, love is strong’. Setegas bahwa kasih itu murni. “Pastikan 2026 kita zero kebencian. Sebisa mungkin dalam hidupmu berdamai dengan semua orang,” ucapnya.
Seringkali pengampunan bukan pilihan, tapi satu-satunya jalan. ”Tuhan menggunakan rasa sakit yang engkau sebarkan untuk menyelamatkan banyak orang,” jelasnya.
Philip mengingatkan, jangan jadi ‘fair waether friend’ seseorang yang jadi teman dalam masa senang saja.

