CSW, Cepet Sekali Waktunya…

Halte CSW di kawasan Blok M beroperasi dalam taraf uji coba. Menjadikan Jakarta makin sejajar dengan kota-kota besar dunia.

Salah satu tanda kota maju adalah penggunaan transportasi massal yang nyaman. Baik sarana transportasinya, juga shelternya. Beroperasinya halte CSW di Jakarta, meski masih dalam taraf uji coba, menunjukkan satu lagi sarana transit yang comfort dan modern, selain halte-halte MRT nan keren itu.

Senin, 3 Januari 2022 mengawali pulang kerja hari aktif pertama di tahun baru, saya mencoba Halte CSW. Mempermudah secara waktu. Biasanya, dari kantor kawasan Kebon Sirih, saya naik TransJakarta Koridor I (Kota-Blok M) turun di Dukuh Atas. Dari sini, menunggu cukup lama untuk beralih ke Halte TJ Koridor 13 menuju Puri Beta-Ciledug. Kadang, headway time atau waktu tunggunya bisa sampai setengah jam atau lebih.

Dengan beroperasinya Halte CSW, rute berubah sedikit. Dari Halte Sarinah, langsung saja naik TransJakarta Koridor I dan transit di halte baru Kejaksaan Agung. Ini halte anyar sesaat sebelum terminal tujuan akhir Blok M.

Sampai di Halte Kejagung, perjalanan dilanjutkan menyusuri Halte CSW nan mewah itu. Naik eskalator beberapa kali hingga di ‘puncak’-nya, bertemu rute transit menuju Koridor 13. Dari situ tinggal menanti datangnya bus ke arah Puri Beta-Ciledug, baik yang dari arah Dukuh Atas, Kuningan, Blok M, Tendean, maupun Kampung Melayu. Dari sini pun bisa terintegrasi ke Stasiun MRT ASEAN.

Toilet di sini amat memadai. Beda dengan di halte-halte TransJakarta lain. Itupun tal semuanya ada toilet.

Di sepanjang sisi halte, terdapat berbagai hiasan interior bercerita tentang sejarah-sejarah TransJakarta maupun Jakarta Tempo dulu. Misalnya, soal hikayat blok-blokan di Jakarta, yang jauh lebih luas daripada hanya dikenal Blok M saja.

Bahwa Blok A ada di kawasan sekitar Jalan Panglima Polim,

Blok B di Barito

Blok C di Kyai Maja

Blok Di di Gandaria

Blok E di Pakubuwono

Blok F di Sisingamangaraja

Blok G di Hang Lekir

Blok H di di Asia Afrika

Blok I di Senopati

Blok J di Empu Sendok

Blok K di Trunojoyo

Blok L di Wijaya

Blok M di Panglima Polim dan Sisingamangaraja

Blok N di Melawai

Blok O di Prapanca

Blok P di Dharmawangsa

Adapun CSW sendiri merupakan kependekan dari Centrale Stichting Wederopbouw. Pada 1 Juni 1948 pemerintah Kotapraja membentuk Centrale Stichting Wederopbouw yang disingkat CSW, sebuah yayasan yang bertugas sebagai pelaksana pembangunan kota baru di Onderdistrict Kebajoran Ilir.

Bersamaan dengan itu dimulai pembangunan kota baru Kebajoran. Setelah terjadi pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949, CSW berganti nama menjadi ‘Jajasan Pemugaran Pusat’.

Menurut catatan sejarah kota Batavia, CSW tidak lepas dari rencana pengembangan sebuah kota baru di daerah Kebayoran (kini masuk wilayah Jakarta Selatan). Di masa itu kota Batavia sudah begitu padat. Pada tahun 1940 jumlah penduduk kota telah mencapai 700.000 jiwa dan delapan tahun kemudian meningkat jadi 1.174.252 jiwa. Populasi penduduk sebanyak itu tak mungkin ditampung di kota Jakarta tanpa pemekaran.

Di Halte CSW baru ada juga juga adaptasi istilah CSW sebagai ‘Cakra Selaras Wahana’. Kini, CSW membuat perjalanan menggunakan TransJakarta menjadi ‘Cepat Sekali Waktunya’…

Leave a Reply

Your email address will not be published.