Benediktus Zebua pulang ke Nias setelah belasan tahun mengembara ke Jawa Timur. Pilihan membuka warung makan jadi jalan hidupnya.
Gambar wajah bupati hingga anggota DPRD dari Nias terpampang di Warung BKN (Babi Khas Nias) ‘Pa Sisca’. Warung berdinding bambu yang bangga menamakan dirinya ‘Pelopor Kuliner Nias’ itu terletak di Jalan Diponegoro, Ilir, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara.
Menunya antara lain Ni’owuru alias daging babi asin, Ni’unago atau daging babi asap, Ni’binogo yakni daging anak babi pepes, dan Nitunu sebutan untuk daging babi panggang.
“Saya terpikir membuka warung khas Nias, terutama setelah pulau ini jadi tuan rumah Sidang Raya PGI November 2014. Tentu, banyak tamu datang mencari makanan khas,” kata Beni, panggilannya.
Pria beristeri wanita asal Nganjuk, Jawa Timur ini berkisah, kalau di Nias -di banyak daerah lain juga kaleee- seorang bapak biasa disapa dengan nama anaknya. Karena itu, Beni menamakan warungnya dengan nama ‘Warung Pa Sisca’, sesuai nama puteri sulungnya yang tengah kuliah di Medan.
“Mas Jojo harus coba makan di Pa Sisca ini. Warung ini sudah direkomendasikan oleh Dinas Pariwisata Gunungsitoli,” kata Sury Gulo dan Yenti Mendrofa, dua perempuan aktivis mahasiswa yang menemani saya makan siang, sehari sebelum tinggalkan Nias.
Mari kita nikmati, menu yang khas dan tentu saja beda rasanya dengan lapo-lapo di Jalan Pramuka atau Terminal Pasar Senen, Jakarta.
Ya’ahowu!