Makan siang di Raminten Kaliurang. Belajar banyak dari sosok Hamzah Sulaeman ini.
Nama House of Raminten atau Hamzah Batik begitu melegenda di Yogyakarta. Sesungguhnya, ia seorang pengusaha, perancang busana, dan juga seniman, khususnya seni tari dan panggung. Hamzah Sulaiman merupakan anak bungsu dari pendiri Grup Mirota, yaitu Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yuniati (Nyoo Tien Nio). Keempat saudaranya adalah Yangky Iswanti, Siswanto, Ninik Wijayanti, dan Ariyanti. Hamzah sempat kuliah di Universitas Gadjah Mada jurusan Biologi tetapi tidak sampai tuntas. Selanjutnya, Hamzah berkuliah di Universitas Sanata Dharma mengambil jurusan bahasa Inggris.
Setelah lulus dari Sanata Dharma, Hamzah bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar pada tahun 1970. Selanjutnya, ia bekerja di Amerika Serikat selama tiga tahun sebelum akhirnya kembali ke Indonesia karena ayahnya sakit. Bersama saudara-saudaranya, Hamzah kemudian mengembangkan bisnis peninggalan orang tua mereka yang berupa Toko Mirota. Hamzah juga membuka butik yang ia beri nama Mirota Batik (kini Hamzah Batik) di kawasan Malioboro.

Hamzah mulai memasuki dunia akting secara profesional setelah pensiun dari bisnisnya. Ia berperan dalam ketoprak komedi berjudul “Pengkolan” sebagai seorang wanita Jawa tua bernama Raminten. Nama ini selanjutnya ia gunakan untuk memberi nama rumah makan yang ia dirikan, yaitu The House of Raminten dan The Waroeng of Raminten, yang saya kunjungi di Kaliurang baru-baru ini.
Dalam perayaan ulang tahunnya ke-73, pria bergelar Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamiji Nindyo ini memberi pesan “Sugih tanpa bandha, kaya tanpa harta. Bukan semata mata harta yang menjadi tolak ukur. Kaya yang di tuju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta benda dan uang selama hidup.

Kekayaan yang sejati tidak terletak pada harta benda melainkan pada kawan dan saudara. Mengajarkan cinta kasih kepada sesama tanpa melihat perbedaan yang ada.”
“Digdaya tanpa aji. Kekuasaan seringkali tercipta karena suatu kemenangan fisik, kemenangan mental. Kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya membuat orang lain sangat menghargainya. Sehingga apa yang diucapkannya, orang lain senantiasa mau mengikutinya.”

Dan, makan siang di Waroeng of Raminten, Kaliurang km 15, Sleman itu kian terasa berkesan dengan berbagai petuah yang ada di situ. Pesannya soal hidup, kerja keras, sukses, cinta, dan kesetiaan.
Lucu, unik, nyelekit. Simaklah…








