Jatuh cinta pada karya Tere Liye. Dimulai dari buku ini. Negeri Para Bedebah.
Meminjam buku setebal lebih dari 400 halaman di perpustakaan Kementerian Komunikasi dan Informatika, saya membawa buku ini selama dua pekan. Sesuai batas waktu peminjaman.
Dari Transjakarta, MRT, penerbangan Jakarta-Kualanamu Medan, lanjut Jakarta-Makassar-Sorong-Waisai Raja Ampat dan di toilet Raja Ampat Dive Resort pun buku ini menjadi teman.
Kisahnya asyik. Seorang Thomas, konsultan ekonom yang membantu perusahaan keluarganya, Bank Semesta, terkena kalah kliring. Bank Semesta yang dikelola Om Liem, adik ayahnya.

Ceritanya mengalir. Dari pertarungan tinju klub eksekutif, wawancara dengan Julia wartawati majalah mingguan di atas langit Paris ke Jakarta, hingga kisah laga bak nonton film.
Juga bagaimana Tere -tentu saja ’fiksi’- menguak bagaimana mudahnya penjahat mengelabui polisi, imigrasi, dan banyak akal lain untuk meloloskan diri.
Wikipedia menulis Negeri Para Bedebah yang kali pertama dipublikasikan 2012 adalah sebuah novel realistis (genre yang asyik nih) merupakan sindiran terhadap para manusia yang rakus akan sesuatu.
Hikmahnya: di negara yang rusak, kita harus pandai berkelit, pandai berjejaring, pandai pula memanfaatkan skill -apapun itu- sebaik-baiknya.
It’s very recommended book!