Kelana Jakarta Marthen dan Beny Supiori

Senang bertemu sahabat lama dari Supiori, Papua. Pengalaman pertama ke Jakarta, mengajaknya putar-putar naik MRT dan makan gultik.

Marthen Funsyor Maer ada di kontak telpon saya sebagai ’Falen Supiori’. Supiori adalah nama kabupaten di Pulau Biak, Papua. Pulau di Teluk Cenderawasih itu punya dua kabupaten yakni Kabupaten Biak Numfor di sisi timur dan Kabupaten Supiori di wilayah barat.

Enam tahun silam, saya diundang sahabat saya, Yotam Wakum mengisi acara di gereja Supiori. Disambut dengan Mansorandak, atau upacara adat injak piring, sebagai penyambutan seseorang yang pergi dan pulang dari tempat yang baru dikunjunginya, atau seseorang yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di tempat yang baru.

Sejak itu, kontak-kontak terus dengan kawan Supiori. Termasuk Marthen. Kali ini, ia berkabar ada di Jakarta selama lima hari, mengikuti Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa/Kampung Kabupaten Supiori/Papua yang digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Sebagaimana ’tradisi’ saya menyambut kawan yang baru pertama ke Jakarta, saya mengajak Marthen dan sahabat sekampungnya, Benyamin Yawan, berkeliling naik Mass Rapid Transport (MRT). Kereta bawah tanah dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia menuju Lebak Bulus.

“Saat lewat Senayan, kereta ini berubah dari bawah tanah ke atas,” jelas saya. Standar. Hehehee..

Dari Lebak Bulus, kami kembali ke arah Blok M dan makan gule tikungan alias gultik di samping Kejaksaan Agung. Berempat bersama Fabrianus Eka Purnama, mahasiswa semester lima Unika Atma Jaya.

Tak lupa, kami mampir ke tangga atas Halte Bundaran Hotel Indonesia untuk ambil foto dari Monumen Selamat Datang, patung perunggu setinggi 5 meter yang dibikin Bung Karno melalui Gubernur Jakarta Henk Ngantung untuk menyambut Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962.

“Sejak menginjakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta, banyak hal baru yang saya lihat dan saya rasakan sangatlah berbeda. Ya, inilah ibu kota negara,” kata Marthen, pria 27 tahun ini.

Perangkat kampung Supiori ini kagum dan berpendapat bahwa Indonesia sudah pantas bersaing dengan negara luar. “Apa yang saya lihat dan rasakan hari ini, Indonesia sudah seperti negara maju lainnya di Asia. Hanya saja, kondisi di berbagai wilayah Indonesia sangat ekstrem. Ada kawasan yang sudah dibangun, ada juga yang masih belum tersentuh pembangunan dan tertinggal dalam hal infrastruktur,” urainya.

Marthen berharap pada 20 tahun ke depan, Papua dan beberapa daerah yang masih tertinggal dari berbagai aspek harus dibangun dan maju seperti Jakarta hari ini.

Selamat balik ke Supiori-Biak dan membangun Papua, para calon pemimpin bangsa, Marthen dan Beny!

Leave a Reply

Your email address will not be published.