Simulasi Penanganan Krisis dalam Empat Tugas

Mengajak mahasiswa membahas penanganan krisis komunikasi. Kali ini atas kasus yang menimpa Komdigi.

Di kelas Etika Korporasi Komunikasi dan Sistem Politik Indonesia, saya mengajak mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Semanggi berpikir kritis.

Ada kasus berat. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berhadapan dengan ’communication crisis’ karena pegawainya terjerat kasus melindungi situs judi online. Justru di saat Kementerian itu gencar mengampanyekan pemberantasan judi online.

Dalam simulasi tugas yang harus dikerjakan di kelas, kelompok-kelompok itu mengerjakan beberapa assignment melalui undian ‘name of wheels’.

Ada kelompok yang tugasnya membuat draft rilis. Setelah 20-30 menit bekerja, mereka kemudian maju ke depan kelas, melakukan simulasi konferensi pers. Mahasiswa lain berperan sebagai jurnalis.

Kelompok lain bertugas merumuskan membuat imbauan internal ke karyawan. Dalam situasi krisis, kerap kali justru orang dalam bikin makin keruh air di kolam sendiri. Harus dipertegas, apa yang boleh dan tak boleh dilakukan staf dan tim kerja di dalam. Termasuk pula di ranah media sosial.

Ada kelompok memikirkan apa draft statement pucuk pimpinan, dalam hal ini Bu Menteri, saat berhadapan dengan media. Doorstep, atau doorstop. Poin apa yang harus disampaikan.

Di sisi lain, ada kelompok membuat draft pos di media sosial, apakah itu video atau visual. Apa yang disampaikan ke publik lewat Instagram pascakasus bak ’terpercik muka sendiri’ ini.

Dengan belajar simulasi nyata dari kasus ‘real time’, harapannya mahasiswa bisa serasa berada di lapangan sesungguhnya. Menyiapkan saat masuk dunia kerja sesuai bidang pilihan dan kuliah peminatan. Menjadi public relations andal di eranya nanti.

Leave a Reply

Your email address will not be published.