Bogor selalu memesona. Sesekali memenuhi undangan meeting atau sekadar tetirah di sini menambah energi istimewa. Kelemahannya, atau sisi uniknya, hujan kerap turun dari sore hingga malam. Karena itulah bergelar ’Rain City’.
”Hujan di Bogor tak bisa ditunggu, mas Jojo. Beda dengan hujan Jakarta,” kata Aldiyan Ramadhan, sahabat yang sore itu bersama terdampar di Stasiun Bogor. Kedatangan kami menggunakan Kereta Rel Listrik dari Stasiun Juanda disambut hujan deras di stasiun tujuan setinggi 246 meter di atas permukaan laut itu.
Perjalanan sejauh 50 kilometer ditempuh sekitar 90 menit. Berangkat dari Stasiun Juanda pada 15.58 WIB. Jam-jam sibuk orang pulang kerja dari Jakarta. Itulah kenapa Jakarta disebut mengalami ketimpangan jumlah penduduk pada siang dan malam. Di jam kerja, penghuninya bisa lebih dari 13 juta jiwa, tapi saat malam, penduduk Jakarta tinggal 8 jutaan. Sekitar 4-5 juta setiap hari berkomuter atau perjalanan ulang-alik ke Depok, Bekasi, Tangerang, hingga Bogor.
Kota ini memang terlahir sebagai tempat peristirahatan. Di abad kelima, Bogor diyakini jadi pusat Kerajaan Tarumanagara. Delapan abad kemudian, ibu kota Kerajaan Sunda yakni Pajajarana atau Pakuan atau Pakwan pun ada di sini. Hingga kemudian Buitenzorg jadi nama wilayah Bogor Raya sejak era Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff.

Kami sudah menghabiskan semangkok Soto Sulung, di lokasi favorit tempat saya biasa beritual kuliner tiap mendarat di Stasiun Bogor. Sedikit reda, kami geser hendak keluar stasiun. Ternyata masih lebat, bahkan makin deras hujannya. Bertambah lagi nongkrong di outlet donat, masih dalam stasiun.
Tiga puluh menit berselang, kami memutuskan berpisah. Dari awal boncengan motor ke sebuah hotel di kawasan Ciheuleut, Bogor Tengah menjadi opsi lain. Saya memilih taksi mobil online, dan Aldi dengan motornya menerabas hujan ke rumah di Ciomas.
Esoknya, saya sapa dia. Berapa lama sampai rumah dan bagaimana kondisinya setelah berhujan bablas 20 menit dari parkiran stasiun ke kediaman.
”Jelas kuyup. Tapi amaan Mas Joo, orang Bogor antisakit karna hujan hehehe…” balasnya.