Visi Daniel Bayu Dewo Aji

Bertemu anak muda, berdiskusi tentang masa depan dan perjuangan hidup.

Sudah lebih dari setahun Daniel Bayu Dewo Aji menamatkan pendidikan dari Program Studi Hubungan Internasional Faculty of Humanities President University. Kini ia bekerja di sebuah korporasi berskala nasional di kawasan Kasablanka, Jakarta Selatan. Ia tak pernah menyerah demi mengetuk pintu masa depan.

”Kalau dihitung, itu adalah lamaran kerja ke-900 yang saya kirim melalui Linkedin dan lain-lain,” ungkapnya. Sore itu kami berbincang di kedai ’Filosofi Kopi’ di Sarinah, berteman dua gelas kopi Latte dan Americano, ditatap dua poster serial film yang dibintangi Rio Dewanto dan Chicco Jerikho.

Menjelang tahun 2025, ia merasa ada di persimpangan. Di satu sisi, Daniel merasa bersyukur bisa tembus kerja di perusahaan berskala nasional yang sudah dijalani selama tiga bulan. Di sisi lain, sulung dari tiga bersaudara ini ingin bekerja sesuai bidang yang digelutinya selama empat tahun kuliah di kampus ternama di Kabupaten Bekasi itu.

”Apalagi jika kemudian Tuhan mengizinkan bisa beraih beasiswa Master Fulbright dan belajar langsung tentang demokrasi dari Amerika Serikat,” ungkapnya.

Di usia 23 tahun, Daniel sebenarnya memiliki beberapa bekal di luar nilai akademis. Ia pernah lima bulan magang di bidang External Affairs Toyota Motor Manufacturing. Juga terlibat aktif di kegiatan internal kampus, termasuk di President University Major Association International Relations (PUMA IR). Sebuah tulisan berbahasa Inggris ditunjukkan dari gawainya tentang bagaimana ia mengkaji dengan kritis kepemimpinan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat periode pertama.

Tulisan ilmiah itu dibuka dengan sebuah ilustrasi, menjelaskan arogansi Donald Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat yang memproklamirkan diri sebagai presiden AS paling berprestasi dalam sejarah, tapi meninggalkan kekacauan besar dalam urusan internasional. Ia pernah menjadi pengusaha sukses dan kontroversial sebelum ia terpilih sebagai presiden Amerika Serikat pada 8 November 2016.

“Passion saya memang di bidang hubungan internasional dan corporate relations,” kata penggemar Barcelona, pengagum Pep Guardiola, pelatih kaya taktik asal Catalan. Sesekali kami ngobrol tentang sepak bola, Shin Tae Yong, tim nasional dan fenomena naturalisasi pemain.

Lahir sebagai anak yang dinanti-nantikan dari pasangan Agung Prasetyo dan Sisi, blasteran Surabaya dan Lampung, Daniel punya karakter kepemipinan, skill komunikasi, dan daya kritis kuat. Meski sebagaimana umumnya Generasi Z, ia diuji tentang konsistensi, daya juang, dan kemampuan bersabar menghadapi tantangan.

Sebuah penelitian dari GoodStats menyebutkan, mayoritas Gen Z hanya bertahan di tempat kerja selama 1-2 tahun. Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, dikenal sebagai generasi yang adaptif, tech-savvy, kreatif, mahir menggunakan teknologi, dan biasa berkolaborasi secara virtual. Gen Z menghargai fleksibilitas dalam hal tempat dan waktu bekerja. Mereka juga menghargai kemampuan untuk mengendalikan jadwal kerja, pilihan bekerja jarak jauh, dan integrasi kehidupan kerja yang sehat.

“Apapun jalan yang Daniel pilih bebas saja, asal dia fokus serta mau menekuni apa yang mau digapainya,” kata Agung, ayah Daniel. Visi, kerja keras, konsistensi, dan semangat tahan banting keluarga itu diyakini menurun ke generasi selanjutnya. Mematahkan mitos Gen Z sebagai generasi strawberry yang mudah lembek dan rapuh saat dipencet atas bawah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.